Kisah Dua Korban Aksi Kekerasan John Key Cs

Tak Bisa Kerja setelah Kehilangan Tiga Jari

Kisah Dua Korban Aksi Kekerasan John Key Cs
Charles Refra (kiri) dan Yemfri Refra menunjukkan jari tangannya yang tak lengkap lagi. Foto: Frizal/Jawa Pos
Kabar itu kemudian terdengar di telinga John Key alias John Refra yang saat itu berada di Jakarta. Dia kemudian datang ke Tual dan membuat janji bertemu dengan Yemfri. Pada 19 Juli 2008 keduanya bertemu di rumah salah seorang keluarganya.

’’Pas saya di rumah, tiba-tiba dia (John Key) datang dan langsung memukul saya. Dia menuduh saya mau membunuh dia punya bapak,’’ tutur Yemfri dengan logat Maluku yang kental.

Yemfri langsung berkata, ”Bu (Kakak, Red), bukan saya!” Tapi, John Key terus memaki dan kemudian menendang ulu hati Yemfri. Setelah itu, turun pula Fransiscus Refra alias Tito Refra, yang tak lain adik John Key. Sempat terjadi pergumulan antara Tito dan Yemfri, namun kemudian turun lagi Pedro Tanlain –anak buah John Key– seraya membawa parang.

Melihat parang itu, Yemfri langsung menghentikan perlawanan. Dengan mudah dia diseret ke dalam mobil. Yemfri kemudian dibawa ke rumah Tito. Sepanjang perjalanan sekitar tiga kilometer itu, setiap kata pembelaan Yemfri dibalas dengan jotosan John Key.

Rombongan itu tiba di rumah Tito sekitar tengah malam. Tetap saja Yemfri dituduh mau menghabisi bapak John Key, tapi tetap pula Yemfri membantah dan berkata, ”Bu, bukan saya”. Meski begitu, tetap pula makian dan tendangan mampir ke sekujur badannya. Hampir semua orang yang ada di sana menganiaya Yemfri. ’’Yang saya ingat adalah Pedro Tanlain, Obut Renfra, Ifo Rahantoknam, dan Antonius Tanlain,’’ ceritanya.

Ketika terjatuh, John Key masih terus menganiaya. Bahkan, batu dan bangku dipukulkan John Key ke tubuhnya. Selanjutnya, Yemfri diseret dan John Key menempelkan sebilah parang ke lehernya. ’’Tebas leher kau. Kau mau bunuh beta punya bapak!” kata John Key. Namun, si adik, Tito, punya ide lain.

’’Jangan, Bu. Jangan potong leher, potong jari saja,’’ ucap Tito seperti yang ditirukan oleh Yemfri. Selanjutnya, Yemfri meletakkan tangan kirinya ke meja. Namun, kemudian diteriaki oleh Tito. ’’Tak usah tangan kiri, pakai tangan kanan’’.

Yemfri berusaha tegar dan bahkan bertanya, ’’Bu, satu jari atau semua?’’ ucapnya. ’’Tak usah pakai tanya-tanya,’’ bentak Tito. Dia kemudian menebaskan parangnya. Namun, jari itu tak langsung patah. Selanjutnya, Tito meminta parang baru, kemudian menebas lagi. Akibatnya, jari telunjuk, tengah, dan jari manis pria yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan itu putus. Darah segar menyembur.

Dua korban kekerasan kelompok John Key cs siap memberikan kesaksian tentang insiden ”potong jari” yang menimpa mereka. Ada apa di balik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News