Kisah Mantan Guru Berpuasa di Balik Jeruji Besi (1)
Tangan kirinya, tak henti-hentinya memutar tasbih. Setelan baju koko, kopiah dan sarung, membuat suasana bincang kami lebih gayeng.
Ia menjadi tahanan Mahkamah Agung. Menyusul pengajuan kasasinya yang masih dalam proses.
Hampir satu tahun ia berada di sana. Dua Ramadan pun telah dilaluinya. Termasuk Ramadan kali ini.
“Ia, sepertinya lebaran di sini juga,” kata Sahwan.
Wajahnya terlihat tegar. Bias-bias kesedihan tak lagi dominan menguasai gurat wajahnya. Sahwan, mengatakan Lapas telah memberi banyak pelajaran hidup baginya. Bahkan, lebih hebat dari pendidikan di luar.
“Ini bahkan lebih hebat dari pada pondok pesantren,” imbuhnya.
Bukan tanpa alasan Sahwan mengatakan Lapas telah mendrilnya lebih hebat dari Pondok Pesantren. Dulu, sebelum masuk ‘hotel prodeo’ itu, Sahwan mengakui hidupnya memang tak seintens sekarang. Khususnya dalam ibadah.
“Dulu, kalau salat, kita mudah saja menunda-nunda hingga akhir waktu. Bahkan ada yang terlewat. Tapi di sini, tak pernah tertinggal. Ibadah menjadi satu-satunya tempat untuk bercerita dan berkeluh kesah pada Tuhan. Ibadah pun jadi lebih khsuyuk,” tuturnya.
Puasa adalah bulan penuh rahmat. Ampunan bagi semua umat manusia yang bersedia memperbaiki diri. Tak terkecuali, bagi para penghuni ‘ruang
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor