Kisah Seorang PSK di Lokalisasi Malanu, Dolly-nya Kota Sorong

Legal tapi Wajib Kondom

Kisah Seorang PSK di Lokalisasi Malanu, Dolly-nya Kota Sorong
Ilustrasi.

Untuk mengobrol dengan wanita itu, tim harus benar-benar mendekat. Karena suara keras pun terkalahkan dengan kerasnya music karaoke. Menurutnya, jika nanti ia mendapat pekerjaan lain, ia akan segera mengakhiri pekerjaan sebagai PSK.

Menjajakan seks memang harus diakuinya hanya sekadar cara mendapatkan rejeki. Dalam semalam, ia pernah meladeni 4 pria yang memintanya untuk ditemani di ranjang. Tetapi, lebih sering tak ada tamu yang memintanya untuk berduaan di kamar. 

Ia tinggal di kamar salah satu wisma dengan kesepakatan pemilik wisma. Kamar itu memang tidak disewa. Tetapi, dibayar saat menerima tamu. Ukuran untuk pembayaran sewa kamarnya, untuk satu tamu yang dilayani, ia harus mengeluarkan Rp 20 ribu sebagai biaya kamar. Berbeda jika tamunya ingin menginap, untuk bobok ditemani PSK, tamu dikenakan tarif Rp 600 ribu, itu juga bisa nego. Sebelum di-nina bobokan, tamu harus meminta izin dulu ke security.

“Di sini gak betah mas, tapi ya mau bagaimana lagi,” ujarnya sambil meminta diri beranjak dari obrolan. (radarsorong/adk/jpnn)


ANDA mau menjadi pekerja seks komersial (PSK)? Menjajakan tubuh demi kepuasaan orang? Tentu itu bukan pilihan. Banyak dari PSK mengaku, menjadi aktor


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News