Korban Pemilu

Korban Pemilu
Korban Pemilu

Sebagian dari masalah ini adalah bersifat struktural: tidak ada peraturan yang menempatkan perempuan berada di urutan lebih tinggi dalam kertas suara, dimana mereka sebenarnya memiliki kesempatan yang lebih baik untuk dipilih.

Ada juga unsur taktis: Nurul menghadapi lawan tangguh di Jawa Barat seperti  politisi PDI-P Rieke Diah Pitaloka yang populer dan Ade Komaruddin, kandidat senior dari partainya.

Dapat dikatakan juga bahwa kandidat seperti Eva, Nurul dan Agung kalah karena mereka gagal memainkan pertarungan bernama "patronase". Nurul secara khusus menganggap kekalahannya karena politik uang sangat terlihat di daerah pemilihannya.

Satu hal yang perlu dipertanyakan bagaimana mungkin wakil rakyat yang dipilih terbuka dari sistem demokrasi bisa efektif jika keterpilihannya dari hal-hal yang tidak wajar.

Satu hal yang paling mengejutkan saya ketika melihat fakta bahwa kepopuleran di Ibukota tidak menjamin keterpilihannya di daerah atau provinsi.

Malah, ada beberapa korban diantaranya, termasuk ketua DPR Marzuki Alie (Jakarta), Menteri Hukum Amir Syamsudin (Sulawesi Tenggara) dan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo (Yogyakarta), semuanya dari Partai Demokrat.

Padahal, Roy Suryo selain terkenal juga telah berkampanye dengan dana yang besar.

Apa yang terjadi di sini?

Sekali lagi, tren-makro mungkin sedang memainkan peran. Kenyataannya bahwa Partai Demokrat gagal meraih kursi di konstituensinya Marzuki (yaitu DKI Jakarta III) menunjukkan perubahan yang besar pemilih untuk menilai mereka.

SAAT ini,  perhatian banyak orang sudah tertuju pada pilihan presiden 9 Juli nanti, namun ada baiknya melihat ulang wakil rakyat yang terpilih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News