KPAI: Anak-Anak Butuh Kurikulum Adaptif Saat PJJ
"Beban guru, siswa, dan orang tua sebagai pendamping anak belajar belum dikurangi."
Lebih jauh, Retno mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menimbulkan krisis ekonomi, kesehatan dan bahkan krisis pendidikan.
Para orang tua juga merasakan kecemasan terhadap efek jangka panjang pada anak-anak, akibat terisolasi di rumah.
Hal itu disebabkan anak-anak kehilangan hak bermain, kesempatan bersosialisasi dan terlalu lama beristirahat dari kegiatan akademik dan ekstrakurikuler di sekolah.
"Data survei PJJ fase satu yang dilakukan KPAI pada April 2020 dan diikuti 1700 siswa, menunjukkan 76,7% responden siswa tidak senang belajar dari rumah," ujar mantan kepala SMAN 3 Jakarta ini.
Maka dari itu, KPAI merekomendasi agar Kemendikbud mengevaluasi PJJ dengan melakukan perbaikan pada fase kedua, yang saat ini berlangsung.
Pertama, Kemendikbud harus segera menyederhanakan kurikulum di semua jenjang pendidikan, TK sampai SMA/SMK. Kurikulum K-13 seharusnya disesuaikan dengan situasi darurat, sehingga diharapkan menjadi kurikulum adaptif dengan Kompetensi dasar yang sudah dikurangi.
"Kemendikbud harus memilah dan memilih materi yang esensial dan dapat dilaksanakan anak ketika belajar dari rumah," ucap Retno.
Kemendikbud dituntut menghadirkan kurikulum yang adaptif selama PJJ, menggratiskan internet, serta membuat kebijakan khusus untuk keluarga miskin.
- Kak Seto Dukung KPAI Serukan Blokir Gim Daring yang Membahayakan Anak-Anak
- KPAI Dorong Pemerintah Blokir Gim Tidak Sesuai Aturan
- Game Online yang Mengandung Kekerasan Minta Diblokir, KPAI: Kemkominfo Harus Tegas
- KPAI Sesalkan Binus School tak Terbuka Mengenai Status Kesiswaan Terduga Pelaku Perundungan
- Marak Perundungan, Kowani Minta Orang Tua Tak Abaikan Tindakan Kekerasan Sekecil Apa pun
- Konon Korban Perundungan Siswa Binus School Sukarela Dipukuli, KPAI Tegaskan Ini