Kurang Tidur jadi Penawar Depresi?

Kurang Tidur jadi Penawar Depresi?
Ganguan Tidur, Temukan Jawabannya. Foto Empow Her

Satu studi pada 2015, yang diterbitkan di Neuron, menemukan bahwa kekurangan tidur memengaruhi reseptor di lobus frontal yang juga dipengaruhi oleh antidepresan trisiklik dan ketamin.

Hubungan potensial antara kurang tidur dan peningkatan mood bukanlah hal baru.

Juru bicara psikiater Jerman Johann Christian August Heinroth yang juga menciptakan istilah "penyakit psikosomatik," menemukan bahwa kurang tidur memiliki efek positif pada pasien yang menderita depresi atau yang disebutnya "melankolis."

Sejak saat itu, dokter telah bereksperimen dengan beberapa jenis kurang tidur pada pasien depresi.

Terapi bangun, yang pertama kali dikembangkan pada 1970-an kadang diberikan pada pasien untuk melakukan perbaikan gejala depresi.

Sementara efektif, manfaatnya bersifat sementara dan pasien melaporkan kembalinya gejala mereka beberapa hari sampai seminggu setelah perawatan.

Bentuk lain dari kekurangan tidur yang disebut chronotherapy, yang menggabungkan wakefulness paksa dengan terapi cahaya terang bisa mencegah gejala depresi lebih lama.

"Sementara perawatan depresi tertentu menyebabkan kurang tidur, kurang tidur yang berkualitas mungkin merupakan faktor penyebab penyakit jiwa," menurut Sudhir Gadh, seorang psikiater dengan praktik pribadi di Manhattan.

Terlebih lagi, pasien dilaporkan merasa lebih baik hanya dalam waktu 24 jam setelah perawatan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News