Laporan PBB Soal Utang Bikin Geger, Pengamat: Indonesia Jauh dari Konteks Gagal Sistemik

Laporan PBB Soal Utang Bikin Geger, Pengamat: Indonesia Jauh dari Konteks Gagal Sistemik
Direktur Eksekutif The PRAKARSA Ah Maftuchan justru membantah pernyataan Anthony. Maftuchan menilai bahwa Indonesia masih jauh dari konteks gagal sistemik. Ilustrasi/foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa utang dunia mencapai USD 92 triliun pada 2022. Hal ini disebutkan PBB dalam laporan yang berjudul A World of Debt.

Menurut PBB, 3,3 miliar penduduk dunia hidup di negara yang membelanjakan lebih besar uang untuk membayar bunga utang ketimbang belanja kesehatan atau pendidikan.

Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan menyebutkan bahwa Indonesia masuk negara gagal sistemik karena pembayaran utang lebih besar daripada anggaran kesehatan. Hal itu disimpulkan dari pernyataan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Namun, Direktur Eksekutif The PRAKARSA Ah Maftuchan justru membantah pernyataan Anthony. Maftuchan menilai bahwa Indonesia masih jauh dari konteks gagal sistemik.

Sebab, belanja untuk pendidikan dan kesehatan setiap tahunnya lebih besar dibandingkan membayar bunga utang.

"Indonesia sendiri masih sangat jauh dari konteks gagal sistemik ini. Dari sisi belanja kesehatan dan pendidikan, hampir dua kali lipat dari bayar bunga pinjaman tiap tahunnya," ucap Maftuch dalam keterangannya, Selasa (25/7).

Maftuchan mengaku dirinya rutin membaca laporan PBB. Sehingga ada salah kaprah mengenai konteks negara gagal sistemik.

Dia menyebutkan konteks gagal sistemik dalam laporan PBB merujuk pada Arsitektur Keuangan Internasional (IFA) yang tidak setara.

Direktur Eksekutif The PRAKARSA Ah Maftuchan justru membantah pernyataan Anthony. Maftuchan menilai bahwa Indonesia masih jauh dari konteks gagal sistemik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News