Lihat, Aksi Unik Aktivis Lingkungan Lawan Pencemaran

Lihat, Aksi Unik Aktivis Lingkungan Lawan Pencemaran
PEDULI LINGKUNGAN: Lima orang aktivis lingkungan Surabaya menggelar aksi dengan mengenakan kostum ikan duyung di atas perahu karet di Kali Mas Surabaya, Rabu (8/3). Aksi tersebut dilakukan karena tingginya angka pencemaran sungai di Surabaya. Foto Andy Satria/Radar Surabaya/JPNN.com

Selain itu juga ada kandungan pestisida organoklorin, serta limbah deterjen. Bahaya dari zat yang mencemari sungai ini cukup besar.

Zat ini mendorong produksi estrogen yang besar, dibuktikan dengan adanya penemuan ikan banci atau berkelamin ganda yang ada di Kalimas.

“Ditemukan ikan banci dimana ikan jantan tapi bisa memproduksi sel telur. Ibarat manusia, pria bisa menstruasi. Jika dimakan oleh manusia dampaknya bisa bahaya dalam jangka panjang, sebab kandungan zat tersebut bisa mengganggu hormone,” papar Riska.

Bahkan jumlah ikan banci di sepanjang Kali Brantas sudah sampai 30 persen. Padahal kali Brantas hilirnya juga melewati sungai Surabaya. Lantaran ukuran zat pencemar yang sudah dalam ukuran nanopartikel, zat tersebut bisa tertimbun di tali pusar dan plasenta.

“Sehingga jika ibu mengandung dan tercemar zat ini bisa berpengaruh ke kondisi anak. Ada penelitian yang menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik, autisme, dan impotensi,” imbuh Riska.

Meski begitu bukan berarti pemkot tinggal diam. Sebagaimana disampaikan Musdiq, pemkot aktif melakukan pemeliharaan sungai.

“Kami lakukan normalisasi sungai, menertibkan bangunan liar di sempadan dan memberantas helikopter sungai,” ucap Musdiq.

Pemkot mengupayakan pemberantasan helikopter dengan mengubah hadap muka rumah warga di pinggir sungai agar menghadap ke sungai. Serta dibuatkan jamban di dalam rumah.
Selain itu pemkot juga aktif melakukan pengambilan sampel di tiga titik di Surabaya. Yaitu di jembatan Ngagel, dam Jalan Karet, dan kawasan Kebon Rojo.

Sungai di Surabaya, Jawa Timur mengandung polutan tinggi, yang paling banyak menjadi penyebab pencemaran sungai adalah limbah rumah tangga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News