Literasi Digital Jadi Penangkal Hoaks & SARA pada Pemilu 2024

Literasi Digital Jadi Penangkal Hoaks & SARA pada Pemilu 2024
Menjelang Pemilu 2024, literasi digital bisa menangkal hoaks dan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Foto: dok. Kemenkominfo

Tidak hanya mengkomparasi dengan berita lain, mengidentifikasi hoaks juga bisa dilakukan dengan melihat judul yang cenderung provokatif, terdapat ajakan untuk disebarluaskan dan memiliki susunan kalimat yang tidak terstruktur.

Intinya, kata Dewi, kalau kita dapat informasi yang tidak penting, sebaiknya tidak usah di-share. Karena dengan selektif memilih dan membagikan informasi, berarti menentukan kualitas kepribadian diri sendiri.

Presiden Teman Bisnis Indonesia Rosalina Anggraeni turut menjelaskan bahwa SARA merupakan persoalan yang harus paling diwaspadai menjelang Pemilu 2024.

Sebisa mungkin SARA itu harus dihindari. Tidak boleh kasih tempat untuk adanya diskriminasi antara salah satu pihak. 

"Karena saking berbahayanya, SARA itu berpotensi untuk terjadinya perpecahan,” terang Rosalina.

Dengan demikian, untuk mencegah terjadinya perpecahan, isu-isu SARA perlu diatasi dengan adanya diskusi berfokus pada argumen fakta dan kebijakan diiringi moral serta adab berlaku.

“Hal-hal seperti inilah yang sepatutnya dilakukan sebagai tindakan toleransi kita untuk saling menghargai pendapat orang lain,” kata Rosalina.

Sebagai informasi, kegiatan Komunitas Literasi Digital Sapunyere dengan tema “Stop! Hoaks dan SARA Jelang Pemilu 2024” merupakan rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). (esy/jpnn)


Literasi digital menjadi penangkal hoaks dan SARA yang makin marak selama Pemilu 2024.


Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News