Literasi Digital Menangkal Hoaks di Masa-Masa Tahun Politik 

Literasi Digital Menangkal Hoaks di Masa-Masa Tahun Politik 
Kegiatan Gali Ilmu Literasi Digital bersama kelompok masyarakat dan komunitas di Kota Surabaya. Foto dok. Kemenkominfo

Sementara itu, CEO Next Generation Indonesia, Khemal Andrias memaparkan materi tentang Makin Cakap Digital.

Dia menyampaikan bahwa masyarakat harus memiliki modal yang cukup untuk melawan kejahatan digital seiring bertambahnya konten negatif yang bermunculan di sosial media. 

Dikatakannya makin meningkatnya durasi penggunaan sosial media, bisa jadi kejahatan digital juga ikut meningkat. Padahal sumber hoaks yang paling banyak itu adalah sosial media itu sendiri dan itu adalah sesuatu yang harus dilawan bersama. 

"Modalnya itu adalah CABE, yaitu dengan menguasai 4 pilar literasi digital yaitu Cakap, Aman, Budaya, dan Etika dalam bermedia digital.” ujar Khemal.

Dalam kesempatan ysama, Pegiat Literasi Digital & Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati dalam paparan materinya menyampaikan karakteristik netizen Indonesia, masuk ke dalam kategori yang tidak sopan dalam menggunakan sosial media.

Hal itu mengakibatkan terjadinya pergeseran budaya digital dengan budaya yang ada di dunia nyata. Netizen Indonesia itu gampang banget tersinggung, dikit-dikit baper terus suka mengancam.

Itu, kata Devie, bisa jadi tindakan kejahatan yang terjadi di sosial media. Karena hanya dengan sharing kemarahan mereka di sosial media itu lebih menarik perhatian mereka dan bisa menciptakan adanya interaksi.

"Nah, itu sebenernya yang harus banget dihindari, harus menciptakan budaya netizen Indonesia yang ramah bukan yang marah, bukan netizen yang berang, tetapi yang terang.” tutur Devie. (esy/jpnn)

Literasi Digital menangkal hoaks dan disinformasi yanb bertebaran di ruang digital di masa-masa tahun politik 


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News