Lockdown Lagi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Lockdown Lagi
Warga berjalan kaki melewati pos penyekatan PPKM Darurat di Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur, Juli lalu. Foto: Kenny Kurnia Putra/JPNN.com

Di Eropa, gerakan politik sayap kanan yang konservatif makin menguat menentang pengekangan yang berkepanjangan. Para aktivis gerakan kiri juga menentang pengekangan. Pertemuan dua arus kuat ini bisa menimbulkan persoalan politik yang serius di Eropa.

Di Indonesia, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga mengalami erosi, karena munculnya kasus bisnis PCR yang dianggap telah menggarong puluhan triliun uang rakyat. Pemerintah dianggap terlibat dalam bisnis itu, atau setidaknya tidak tegas dalam menangani kasus itu.

Dugaan keterlibatan Luhut Panjaitan dan Erick Thohir--yang nota bene adalah dua orang kepercayaan Jokowi—membuat kredibilitas pemerintah tergerus di mata rakyat. Desakan dari beberapa kalangan agar pemerintah mengusut kasus itu tidak mendapatkan respons yang memuaskan.

Kalangan menengah--yang menjadi tulang punggung civil society--tidak mendapatkan penyaluran aspirasi yang memuaskan. Sementara itu, penyaluran lewat oposisi resmi menemui jalan buntu. Oposisi formal praktis mati suri. Suara kritis dari parlemen nyaris tak terdengar. Kalau pun ada suara protes atau interupsi akan diabaikan atau mik dimatikan.

Suara arus bawah yang diwakili oleh aktivis buruh masih terdengar meskipun agak lamat-lamat. Beberapa demonstrasi yang dilakukan aktivis buruh tidak secara langsung menyasar ke kebijakan penanganan pandemi, karena gerakan buruh lebih sekarang lebih fokus pada tuntutan kenaikan upah minimum daerah.

Beberapa waktu terakhir gerakan buruh muncul serentak di berbagai daerah. Gerakan ini bisa menjadi luas karena respons pemerintah dianggap tidak terlalu memuaskan. Said Iqbal--salah satu pemimpin buruh yang sekarang menjadi ketua umum Partai Buruh Indonesia—menyatakan akan melakukan demo yang lebih besar supaya aspirasi buruh didengar.

Gerakan mahasiswa juga masih terjadi sporadis dan belum terkoordinasi secara masal. Pembatasan aturan selama pandemi membuat gerakan mahasiswa mudah dipatahkan. Gerakan protes digital yang dilakukan beberapa mahasiswa di beberapa perguruan tinggi terkemuka juga bisa dihentikan dengan relatif mudah.

Semua pintu protes sudah diportal dengan ketat. Arus atas yang diwakili oposisi formal di parlemen sudah diamankan. Arus tengah yang diwakili civil society dan gerakan mahasiswa sudah dijaga dengan ketat. Arus bawah yang diwakili gerakan buruh sesekali masih menemukan momentum untuk bergerak.

Ribuan orang turun ke jalan tanpa memakai masker menentang lockdown dan menolak vaksinasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News