Makin Menua, Tiongkok Kembali Genjot Reproduksi

Makin Menua, Tiongkok Kembali Genjot Reproduksi
Ilustrasi. Foto: SCMP

Kini, komisi tersebut digantikan Komisi Kesehatan Nasional. Tugas komisi baru itu di antaranya adalah mengatur manajemen populasi dan mereformasi sistem kesehatan.

Tiongkok memang berusaha mati-matian agar natalitas bertambah. Tapi, itu bukan upaya mudah mengingat belakangan jumlah warga lanjut usia lebih dominan.

Standar internasional menyebutkan, jika lebih dari 10 persen penduduk suatu negara berusia di atas 60 tahun, negara itu disebut menua. Di Tiongkok, populasi warga lanjut usia mencapai 17,3 persen.

Banyak pihak yang menilai pencabutan batasan jumlah anak itu terlalu terlambat. Sebab, saat ini keluarga dengan dua anak atau lebih sudah sangat jarang.

Biaya hidup dan pendidikan yang luar biasa mahal menjadi pertimbangan penting. Alasan lainnya adalah mereka tak terbiasa hidup dalam keluarga besar.

’’Secara finansial, tidak mungkin bagi kami untuk menambah anak,’’ ujar Liu Minwei, penduduk Beijing yang punya dua anak. Dengan jumlah anaknya saat ini saja, dia harus bekerja lebih dari 12 jam per hari.

Individualisme dan kesibukan juga membuat angka pernikahan terus turun. Di sisi lain, dari tahun ke tahun, angka perceraian justru terus naik.

’’Jika saja perubahan terjadi lebih awal, akan lebih mudah mengatasi masalah yang ada saat ini,’’ ujar Gu Baochang, pakar demografi Renmin University.

Selama tiga dekade, Tiongkok melarang warganya punya anak lebih dari satu. Dalam waktu dekat, aturan itu akan dicabut. Populasi yang makin menua jadi penyebab

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News