Makkah dan Masjid Al Haram yang Sedang Ganti Total Wajah (3-Habis)

Kakbah Berpayung, Telanjang Kaki Tidak Panas Lagi

Makkah dan Masjid Al Haram yang Sedang Ganti Total Wajah (3-Habis)
Makkah dan Masjid Al Haram yang Sedang Ganti Total Wajah (3-Habis)
Penataan Makkah memang boleh dibilang belakangan. Pemerintah kelihatannya lebih mendahulukan penataan Kota Madinah. Kota Madinah (tempat Nabi Muhammad SAW melanjutkan penyebaran agama sampai meninggal dunia) memang sudah sepuluh tahun terakhir ini terlihat sangat cantik. Taman-tamannya luas dan banyak pepohonan. Masjid Nabawi sendiri dibangun kembali dengan sangat cantiknya: termasuk kawasan sekitar masjid. Sistem toiletnya yang di bawah tanah itu bisa dibilang sempurna untuk memenuhi kebutuhan jutaan jamaah haji: bersih, modern, dan naik turunnya memakai eskalator.

Halaman masjidnya yang sangat luas, di samping bisa menampung banyak jamaah, juga menjadi landskap tersendiri bagi masjid itu. Tapi, memang masih ada kelemahannya. Kalau lagi musim panas, halaman itu silau dan membuat kaki yang menginjaknya belingsatan. Tahun ini semua kelemahan itu sudah dipecahkan: halaman itu dipasangi payung-payung raksasa dengan sistem buka tutup elektronik. Bahan-bahannya juga sangat luks sehingga terkesan sangat modern. Pada musim panas, halaman itu praktis berpayung. Sedangkan di musim sejuk, payung-payung itu menutup dan bentuk tertutupnya menjadi hiasan yang memperindah masjid.

Ide memayungi halaman Masjid Nabawi tersebut rupanya datang dari pengalaman masjid itu sendiri saat dilakukan pembangunan secara besar-besaran 20 tahun lalu. Di bagian dalam Masjid Nabawi, terutama yang menghubungkan bangunan lama dan baru, juga ada ruang tembus langit yang cukup luas. Ruang ini menjadi bagian dari masjid dan justru menjadi unsur ventilasi raksasa bagi masjid yang atapnya begitu masif.

Pada saat-saat tertentu, ventilasi ini ditutupi payung-payung. Di saat tertentu, seperti waktu malam atau pagi, payung-payung itu ditutup. Bentuk payung-payung penutup itu seperti hiasan interior tersendiri bagi masjid besar tersebut.

Rupanya dari situ pula pelajaran dipetik: di Makkah, di Masjid Al Haram, juga akan dipasang ”payung” serupa. Memang berada di pelataran sekitar Kakbah bisa memberikan suasana kerohanian yang khusus. Terutama pada jam-jam menjelang sahur di bulan puasa. Namun, di musim panas, terutama tengah hari, pelataran di sekitar Kakbah panasnya bukan main. Padahal, kita harus bertelanjang kaki di situ. Marmer pelataran itu memang sangat menyejukkan, tapi di puncak musim panas tetap saja luar biasa menyengatnya. Dengan pemasangan ”payung-payung” itu nanti, soal ini juga terpecahkan. Apalagi, secara desain payung itu sudah disesuaikan dengan lingkungan Masjid Al Haram, termasuk keberadaan Kakbahnya.

Melihat maket Masjid Al Haram berpayung, rasanya baik-baik saja. Artinya, tidak ada perasaan kebatinan yang terganggu kesuciannya oleh kehadiran benda-benda baru yang didesain indah itu. Entahlah bagi orang yang berpendapat bahwa Masjid Al Haram harus dipertahankan keasliannya karena merupakan tempat paling suci di mata umat Islam.  (*)

Pembenahan Kota Makkah, terutama kawasan di sekitar Masjid Al Haram, tetap menjadikan Kakbah sebagai sentrum. Bahkan, kali ini ada pembenahan yang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News