Makna Natal Bagi Keluarga Indonesia Berbeda Keyakinan di Australia
Winda mengaku bisa memahami jika adanya komentar negatif soal keluarga beda agama yang merayakan Natal, termasuk dari beberapa anggota komunitas Indonesia.
"Mungkin saja karena mereka tidak mengerti mengerti posisi saya yang memiliki mertua dan keluarga suami yang merayakan Natal," ujarnya.
Membangun toleransi dalam keluarga
Pentingnya menanamkan toleransi di dalam keluarga yang menikah beda agama dirasakan oleh Nila Tanzil, mahasiswi S3 Curtin University di Perth.
NIla beragama Katolik, namun memiliki ayah beragama Buddha dan ibu beragama Islam. Ia sudah merayakan Natal sejak kelas 5 SD.
Nilai toleransi yang terbangun dalam keluarganya membuat Nila merasa jika momen Natal memberikan "kedamaian di dalam hati".
"Saya merasa walaupun keluarga saya beda agama tapi saya merasakan kasih sayang yang luar biasa," katanya kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Walaupun mereka tidak merayakan, tapi mereka tetap berusaha menciptakan suasana Natal yang hangat untuk saya."
Berbekal perasaan tersebut, Nila mengajarkan kepada Sienna, anaknya yang berusia delapan tahun, untuk menggunakan momen Natal sebagai kesempatan berbagi kepada siapa saja tanpa memandang agama mereka.
Di Australia, Natal bukan sebuah ritual keagamaan, tapi jadi tradisi untuk kumpul bersama keluarga besar dengan latar belakang keyakinan dan budaya yang berbeda-beda, termasuk dari Indonesia
- Dunia Hari Ini: Presiden Iran Tewas dalam Kecelakaan Helikopter
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara