Mantan Deputi Menteri BUMN Sulap Lalat Jadi Pakan Ternak

Bikin Lab di Rumah, Temukan Solusi Limbah Sampah

Mantan Deputi Menteri BUMN Sulap Lalat Jadi Pakan Ternak
PROTEIN TINGGI: Agus Pakpahan menunjukkan prepupa lalat di ”laboratorium” mini di halaman rumahnya. Foto: Hari Setiawan/Jawa Pos Radar Jember

Di dalamnya disiapkan kotak sampah dari rangka kayu yang diberi saringan. Dari tempat itu nanti muncul belatung yang biasa disantap lalat. Sedangkan bagian atas tempat itu diberi potongan-potongan kardus sebagai tempat lalat bertelur. Telur di rongga-rongga kardus tersebut nanti jatuh dan ditampung sampai menjadi larva.

Larva yang menjadi prepupa itulah yang mengandung protein sampai 45 persen, lemak 35 persen, dan asam amino lengkap. Prepupa itulah yang oleh Agus diolah menjadi pengganti tepung ikan. ”Ini tidak bau,” kata Agus yang tidak jijik sedikit pun menciduk prepupa dari sebuah boks gabus.

Dengan mengembangkan teknik semacam ini, Agus berharap persoalan sampah yang menjadi masalah pelik, terutama di kota-kota besar, bisa diatasi. Pasalnya, volume sampah rumah tangga dan restoran selama ini cukup tinggi.

Di negara berkembang seperti Indonesia, 70–80 persen sampah merupakan sampah organik. Tapi, selama ini baru sampah anorganik yang dimanfaatkan menjadi barang daur ulang. Sedangkan sampah organik dibiarkan membusuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Hanya sedikit yang dimanfaatkan menjadi kompos.

Karena itu, berdasar perhitungan Agus, persoalan sampah bisa diatasi bila masyarakat mau membuat tempat pengembangan maggot di lingkungan masing-masing. Dengan lahan 1 meter persegi, tempat pengembangan maggot itu mampu mengolah sampah seberat 1 kuintal per 20 hari menggunakan teknik biokonversi.

”Biaya pembuatan tempat ini juga murah. Masyarakat bisa patungan per dasawisma untuk satu lokasi. Insya Allah masalah sampah akan selesai,” tandasnya.

Berkat keuletannya meneliti maggot itu, kini ada dua perusahaan perkebunan yang menjalin kerja sama dengan Agus untuk mengembangkan maggot. Sebab, perusahaan perkebunan juga menghasilkan sampah organik dalam jumlah besar. ”Bila sampah itu tidak dikelola, bisa jadi masalah baru,” katanya.

H M. Arum Sabil, petani sekaligus peternak besar dari Jember, Jawa Timur, termasuk salah seorang yang tertarik dengan pengembangan maggot karya Agus tersebut. Melalui bendera Arum Sabil Farm, Arum yang memiliki ratusan ribu ekor ayam petelur dan ratusan ekor sapi pedaging sangat berkepentingan dengan maggot.

UNTUK masuk ke rumah Agus Pakpahan di Jalan Bangka II, Mampang, Jakarta Selatan, setiap tamu harus memasuki lorong sejauh sekitar 30 meter. Di ujung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News