Marak Teror, tak Lantas Rakyat Rindu Sosok Militer
jpnn.com, JAKARTA - Maraknya aksi teror tidak secara otomatis membangkitkan kerinduan masyarakat terhadap pemimpin berlatar belakang militer. Pasalnya, kasus terorisme juga terjadi di era pemerintahan sebelumnya.
Baik di zaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berlatar belakang militer, maupun di zaman Megawati Soekarnoputri.
"Siapapun presidennya, mau dari sipil, militer maupun santri, ancaman terorisme ini nyata dan tak pilih kasih. Di masa Megawati ada, di masa SBY ada, demikian juga di masa Jokowi. Artinya, dalam masa presiden yang gantian dari sipil ke militer enggak ada pengaruhnya," ujar pengamat politik Adi Prayitno kepada JPNN, Minggu (20/5).
Menurut pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta ini, masyarakat cenderung tidak lagi melihat apakah sosok presiden itu berasal dari militer atau sipil.
"Sekarang yang penting dan menjadi penilaan masyarakat yaitu political will, komitmen menyelesaikan persoalan secara nyata," ucapnya.
Saat ditanya, apakah langkah yang diambil Presiden Joko Widodo sudah cukup efektif memberantas aksi terorisme, Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini mengamininya.
"Langkah melibatkan TNI itu saya kira cukup bagus. Karena polisi dan BNPT sepertinya kewalahan. Cuma problemnya, mau enggak DPR menerima TNI sebagai bagian penting untuk menangani terorisme," pungkas Adi. (gir/jpnn)
Maraknya aksi teror belakangan ini tidak lantas memunculkan kerinduan rakyat pada pemimpin berlatar belakang militer.
Redaktur & Reporter : Ken Girsang
- Pemerintah Papua Nugini Mengerahkan Pasukan Militer ke Tambang Emas Porgera
- Diakui International Police Organization, Pemuda Ini Siap Berkontribusi Jaga Keamanan
- Kapolda Sumsel Minta Mantan Narapidana Turut Jaga Keamanan dari Ancaman Terorisme
- Berantas Terorisme, BNPT Minta Masyarakat Menyaring Konten Radikalisme di Dunia Maya
- Kepala BNPT: Terorisme Kejahatan Kemanusiaan, Tidak Sesuai dengan Nilai Agama
- Prancis Siaga Maksimal Setelah 137 Orang Dibantai Teroris di Rusia