Masyarakat Sudah Pintar, Dikotomi Jawa dan non-Jawa Hanya Strategi Elite
Sabtu, 24 September 2022 – 20:00 WIB
Namun, lanjutnya, ketentuan dalam undang-undang justru mendorong adanya kualitas terbaik dari seorang pemimpin.
Baca Juga:
Misalnya, memiliki komitmen tinggi dan konsisten dalam memperjuangkan kepentingan nasional, baik dalam hal pembangunan nasional maupun persaingan antarbangsa.
"Ini tentunya tantangan demokrasi ke depan, sebagai bagian dari hak dan ruang yang sama bagi WNI untuk berkontestasi sebagai pemimpin Indonesia," ucapnya.
Agung tidak memungkiri tingkat kesulitan bagi capres non-Jawa lebih tinggi dibanding capres dari suku Jawa. (Antara/jpnn)
Masyarakat Indonesia sudah banyak yang pintar, dikotomi Jawa dan non-Jawa hanya strategi elite.
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang
BERITA TERKAIT
- Soal Aklamasi di Munas Golkar, Airlangga: Insyaallah
- Mardiono Hadiri Halalbihalal Golkar, KIB Belum Bubar?
- Erwin Aksa: Golkar Targetkan Kemenangan 60 Persen di Pilkada Serentak
- Sebesar Apa Peluang Ridwan Kamil di Pilkada DKI? Pengamat Politik Unpad Ini Bilang Begini
- Ridwan Kamil Tinggal Pilih: jadi Calon Tunggal atau Bersaing dengan 2 Kawan
- Airlangga Sangat Pantas Kembali Pimpin Golkar, Begini Alasannya