Mega Mengelus Dada

Krisis minyak goreng ini sangat memukul wong cilik. PDIP yang mengeklaim sebagai partai wong cilik seharusnya bekerja keras mengamankan kebutuhan wong cilik.
Mega sebagai ketua partai wong cilik harusnya menunjukkan simpati kepada rakyat. Namun, alih-alih bersimpati, Mega malah ngelus dada.
Minyak goreng menghilang Mega malah menyalahkan rakyat. Mungkin karena PDIP sudah terbiasa menghadapi kasus kehilangan, jadinya tenang-tenang saja.
PDIP, misalnya, sudah lama kehilangan Harun Masiku, en toch, tetap tenang-tenang saja.
Mega seharusnya bangga, rakyatnya militan dan tangguh dalam menghadapi tantangan. Tanpa memedulikan hujan dan angin, rakyat tetap bersemangat tinggi untuk mendapatkan minyak goreng.
Mega seharusnya bangga karena rakyat sekarang sudah lebih disiplin. Buktinya, tiap hari mereka mempraktikkan antre dengan tertib sampai mengular puluhan meter.
Mega juga bisa bernostalgia melihat antrean panjang itu, karena adegan seperti itu sudah lama tidak pernah terjadi. Dahulu, waktu Mega masih kecil saat bapaknya menjadi presiden, antrean panjang terjadi di mana-mana.
Antre menjadi pemandangan yang biasa. Namun, setelah itu tidak pernah lagi ada antrean. Jadi, sekarang Mega bisa bernostalgia mengenang antrean yang dahulu sering terjadi di masa Orde Lama.
Megawati mengaku mengelus dada melihat ibu-ibu mengantre minyak goreng. Namun, dia tidak mengelus dada melihat pemerintahan Jokowi gagal mentagasi kelangkaan.
- Megawati Cs Gigit Jari, Pertamina Enduro Tembus Final Proliga 2025
- Live Streaming Final Four Proliga 2025 Seri Solo: Menanti Aksi Megawati
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Gus Din Apresiasi Jokowi Membuat Laporan ke Polisi Soal Ijazah Palsu
- 5 Berita Terpopuler: Ada Uang Setoran Masuk, Banyak NIP CPNS & PPPK Terbit, Memalukan dan Tidak Elegan
- Polisi Didesak Proses Laporan Jokowi soal Kasus Ijazah Palsu