Memaknai Jihad yang Benar Selama Ramadan

Memaknai Jihad yang Benar Selama Ramadan
Mengisi Ramadan dengan mengaji. Foto: JPNN

"Negara Indonesia sudah jadi dan kita hidup rukun selama 70 tahunan lebih. Kekuatan kita Pancasila dan persatuan dan kesatuan. Ini harus menjadi kesadaran bersama. Apabila ada yang mengganggu, kita harus saling mengingatkan, dan orang yang mengganggu itu harus kita bawa ke jalur hukum karena mereka telah merusak ketentraman hidup bersama," terang Hamdi.

Dia memuji potret kebinnekaan di Indonesia yang terjadi di bulan Ramadan ini. Saat umat Islam berpuasa, penganut agama lain ikut memberi dukungan.

Misalnya, menyiapkan takjil, ikut menjaga masjid demi kekhusyukan umat Islam saat beribadah.

Hasilnya, 'hiruk pikuk' yang sebelumnya terjadi seakan 'tersiram' air es dan berubah menjadi kesejukan yang indah.

Menurutnya, potensi konflik berbasis etnis dan agama di Indonesia akan selalu ada. Memang, Indonesia memiliki sejarah tentang kerukunan umat beragama yang luas.

Namun, Indonesia juga mempunyai sejarah tentang konflik di beberapa tempat, seperti Poso, Ambon, dan Kalimantan.

"Pendewasaan berpolitik sangat perlu. Elite politik jangan memobilisasi isu-isu etnik dan agama untuk kepentingan mereka. Kita punya pancasila sebagai perekat umat beragama dan etnik di Indonesia. Itu saja kita pegang dan perkuat. Insyaallah NKRI tetap kuat," tegasnya.

Kendati demikian, lanjut Hamdi, ancaman terorisme tetap harus diwaspadai. Pasalnya, para pelaku terorisme selama ini sering menjadikan ideologi dan pemahaman agama yang salah sebagai ‘senjata’ melakukan aksinya, terutama pemahaman makna jihad.

Selama bulan Ramadan ini, kondisi sosial masyarakat di Indonesia relatif adem. Situasi ini tidak lepas dari sikap elite politik di Indonesia yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News