Menelusuri Korea Selatan, Negara Pusat Bedah Plastik

Tidak Bisa Pulang karena Wajah dan Foto Paspor Berbeda

Menelusuri Korea Selatan, Negara Pusat Bedah Plastik
BISNIS LARIS: Salah satu iklan promo bedah plastik di Seoul Metropolitan Subway. Di sana, operasi plastik dianggap wajar. Foto: M. Amjad/Jawa Pos

Menurut cerita So-yeong, dua tahun lalu ada berita heboh di Tiongkok. Belasan perempuan asal Shanghai tidak bisa kembali ke negaranya setelah pelesir dari Korsel. Mereka tidak boleh masuk ke negaranya karena wajah dan foto dalam paspor dianggap tidak sama. Mereka terlihat jauh lebih cantik setelah menjalani operasi plastik.

Butuh waktu lama bagi petugas imigrasi Tiongkok sebelum akhirnya mengizinkan mereka pulang ke rumah. Berita itu cukup heboh sehingga mengangkat popularitas klinik-klinik bedah plastik di Korsel. Orang Tiongkok dan Jepang jadi lebih percaya pada dokter Korsel sekaligus meragukan kapasitas dokter lokal.

Untuk mengantisipasi terulangnya peristiwa penolakan warga Tiongkok kembali ke negaranya karena telah berubah wajah itu, rumah sakit di Korsel mengeluarkan dokumen resmi yang menyatakan bahwa para perempuan Tiongok tersebut adalah pasien operasi plastik. ’’Kalau diingat-ingat, berita itu lucu...’’

Beberapa penelitian pada awal 2014 menyebutkan, 50 persen perempuan di Korsel pernah menjalani operasi plastik. Ada pula yang menyatakan bahwa satu di antara tujuh perempuan Korsel mengoreksi wajah dan tubuhnya. Penelitian itu menyasar perempuan-perempuan muda, 17–30 tahun.

Salah seorang pelaku operasi plastik, Kim Da-hye, 23, terus terang gemar menjalani bedah kosmetik tersebut. Dia mengaku sudah melakukan tiga kali operasi sejak berusia 18 tahun. ’’Itu pilihan. Aku ingin wajahku sesuai dengan keinginanku. Jadi, aku memilih operasi plastik,’’ tandasnya.

Menurut Da-hye, operasi plastik sudah seperti ’’kewajiban’’ bagi perempuan-perempuan Korea seusianya. Padahal, sebelumnya, Da-hye dan teman-teman komunitasnya sempat menyangsikan efektivitas operasi mahal itu. Tapi, ketika mengetahui seorang temannya sukses menjalani operasi tersebut, Da-hye jadi tertarik untuk mengikuti jejaknya.

’’Keinginan itu muncul saat aku dipandang sebelah mata oleh orang yang aku suka. Saat bangun tidur, aku melihat wajahku yang memang kurang indah. Karena itu, aku memiliki keinginan untuk bisa lebih baik,’’ ucapnya.

Berbekal tabungan yang dimiliki, mahasiswi Inha University tersebut nekat naik meja operasi. Itu dilakukan setelah orang tuanya memberikan kebebasan kepada Da-hye untuk menentukan jalan. Da-hye sudah dianggap dewasa sehingga bebas memermak wajahnya. ’’Aku operasi pertama di mataku. Ketika bangun tidur, aku tak lagi mengeluh seperti dulu,’’ ungkapnya.

Di Korea Selatan, operasi plastik merupakan hal lumrah. Bahkan, konon, satu di antara tujuh perempuan Korsel diyakini pernah mempercantik diri dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News