Mengapa Angka Kematian Tenaga Kesehatan di Indonesia Tinggi?

Inovasi anak bangsa di tengah pandemi COVID-19

Sejumlah ilmuwan serta beberapa warga Indonesia telah menghasilkan penemuan berbasis teknologi untuk membantu tenaga kesehatan dalam menangani penularan virus corona.
'Dokter PPDS paling rentan'
Sejak pekan lalu dokter yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesialis (PPDS) yang menangani pademi COVID-19 di Indonesia juga menjadi sorotan.
Diketahui ada sembilan dokter PPDS yang dirawat di RSUD dr Soetomo sampai Selasa malam (23/06), dengan dua diantaranya menggunakan ventilator.
Menurut catatan Jawa Pos yang melakukan penghitungan secara mandiri, terhitung sejak Maret sampai 20 Juni 2020, ada 41 dokter PPDS yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Dari jumlah tersebut, satu di antaranya, Miftah Fawzy Sarengat, dokter PPDS penyakit dalam dari Universitas Airlangga (Unair), yang meninggal dunia pada 10 Juni.

Menurut Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta, dr Prijo Sidipratomo, posisi dokter PPDS memang sangat berisiko.
"PPDS itu adalah barang yang paling rentan dalam sistem rumah sakit pendidikan. Mereka bekerja di luar jam kerja yang normal, dengan segala konsekuensi mulai tata tertib sekolah dan hukuman senior," kata dr Prijo.
Kematian dr Anang Eka Kurniawan di Surabaya, pekan lalu (19/06) menjadi orang terakhir di keluarganya yang tutup usia karena pandemi COVID-19
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya