Mengenal Pegiat Film Indie Berlatar Sejarah Ternate

Mengenal Pegiat Film Indie Berlatar Sejarah Ternate
Pemeran Film Indie. FOTO: Malut Post/JPNN.com

Ide membuat Soerat sendiri muncul dari hobi korespondensi alumnus SMK Negeri 1 Ternate ini. Ditambah keinginannya untuk membuat karya yang anti-mainstream, maka lahirlah film indie tersebut.

"Ini tidak disengaja. Hanya karena ingin bikin film yang tidak biasa, jadinya saya sama teman-teman cari sesuatu yang memorial bangetlah,” kata putra pasangan Ade Dano Sehe dan Djainab Abubakar itu.

Tak berlebihan jika dwilogi Soerat disebut lahir dari kegigihan dan kemauan besar. Peralatan dan perlengkapan yang terbatas, funding yang berasal dari hasil patungan Iwan dan rekan-rekannya, juga para cast yang belajar berakting secara otodidak tak membuat tim patah semangat.

"Semua belajar sendiri. Alat yang kita gunakan juga jauh dari standar, tapi tetap semangat karena semua pengen belajar,” sambungnya.

Semua talenta lokal pun dimanfaatkan. Tak hanya cast dan kru, pengisi soundtrack pun merupakan pemusik setempat. Geovana Band membawakan lagu berjudul Soerat, serta Suharju Bayau yang menyanyikan Kepada yang Bukan dalam Pelukan.

"Untuk lokasi syutingnya kami pilih Bandinga di Kelurahan Loto (Kecamatan Pulau Ternate, red), Santiong, dan Villa Marasai di belakang Kampus Unkhair Gambesi,” papar Iwan.

Iwan sendiri tak pernah mengeyam pendidikan perfilman. Kelahiran 24 September ini hanya belajar membuat film di Komunitas Film Indie Malang (Kine Klub Malang). Untuk mengasah kemampuan membuat film, ia juga pernah mengikuti kegiatan perfilman di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

"Pernah bikin satu produksi juga sama teman-teman di Malang tahun 2002,” tambahnya.

Belum banyak catatan mengenai film indie dari tangan anak-anak Ternate. Iwan Dano Sehe ingin mengubah itu. Dengan fasilitas seadanya, lahirlah Soerat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News