Mengenal Trio Paramita, Tiga Bersaudara Gemologist Indonesia

Kantongi Rekor Tentukan Keaslian Berlian 40 Karat

Mengenal Trio Paramita, Tiga Bersaudara Gemologist Indonesia
Tiga gemologist Indonesia di laboratorium. Dari kiri, Leticia Paramita, Sumarni Paramita, dan Delfina Paramita. Foto: Muhamad Ali/Jawa Pos

Di Adamas Gemological Laboratory dan Institute Gemology Paramita, Sumarni dibantu dua orang adiknya, Leticia Paramita, 36, dan Delfina Paramita, 35. Keduanya juga lulusan GIA di Bangkok.

Leticia mengakui, ketertarikan masyarakat pada gemologi makin besar. Itu terlihat dari kian banyaknya masyarakat yang mendatangi laboratorium gemologi. Selain Adamas yang menjadi pionir, saat ini mulai bermunculan laboratorium gemologi di Jakarta dan beberapa kota besar lain.

”Murid kami beragam, mulai pedagang batu permata, kolektor, pegawai pegadaian, bahkan ada beberapa yang dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Rusia,” tutur dia.

Menurut Leticia, ilmu gemologi juga terus berkembang. Karena itu, dia selalu menyempatkan ikut konferensi atau seminar tentang batu permata di berbagai negara seperti Tiongkok dan Thailand, termasuk pendidikan lanjutan workshop advance gemology di GIA Diamond Cut Grading System for Round Brilliant Diamonds di Hongkong. Juga, advanced techniques in gemology di Jepang.

Delfina menambahkan, booming batu akik dalam tiga tahun terakhir membuat minat masyarakat untuk belajar gemologi kian tinggi. Bahkan, kini banyak pemerintah daerah penghasil batu akik yang menyekolahkan pegawai dinas pertambangan dan energi di daerahnya. ”Batu akik kan masuk kategori batu mulia,” ujar gemologist yang memiliki spesialisasi bidang desain perhiasan tersebut.

Sumarni mengakui, ilmu tentang batu akik sebenarnya sudah ada dalam materi-materi pelajaran gemologi. Namun, kini dia harus belajar lagi mengenali jenis-jenis batu akik yang memiliki beragam nama sesuai daerah asalnya. Sebab, makin banyak masyarakat dari berbagai daerah yang ingin mengetahui keaslian batu akik karena harganya juga mencapai jutaan rupiah.

Bahkan, saat ini sekitar 30 persen batu yang masuk ke Adamas Gemological Laboratory adalah batu akik. Sedangkan 70 persen lainnya jenis berlian, ruby, sapphire, dan emerald. ’’Booming batu akik ini jadi berkah bagi kami, makin laris,’’ katanya, lantas tertawa. (*/c10/ari)


Gemologist termasuk profesi langka. Di Indonesia, jumlah ilmuwan batu mulia bersertifikat itu bisa dihitung dengan jari. Di antara yang sedikit tersebut,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News