Menjaga Daya Beli Masyarakat Jadi Kunci Lolos dari Hantaman Krisis Global

Di antaranya dalam kapasitasnya sebagai Ketua KPC-PEN, ada sejumlah program sukses seperti layanan digital kesehatan, Kartu Pra Kerja dan beragam bentuk bantuan untuk masyarakat.
Bantuan untuk masyarakat masih terus dibutuhkan, terlebih tahun depan disebut-sebut sebagai ‘Masa yang gelap’.
“Saya saran, pertahankan daya beli pada level yang ada itu artinya belanja pemerintah harus terus menerus jadi ‘pematang’, subsidi harus tepat sasaran, yang nantinya bisa mempertahankan kondisi pasar domestik jadi penopang pertumbuhan,” ungkap Riza.
Pemerintah bisa memberikan bantuan langsung maupun yang sifatnya produktif bagi mereka yang berpotensi terdampak resesi.
“Menyasar sektor yang menopang pertumbuhan, sektoralnya harus dilihat kontribusinya. Jangan sampai insentif salah sasaran. Secara umum yang diperhatikan, insentif diberikan ke menengah bawah.” tambah Riza.
Sektor UMKM, jasa, perdagangan, dimana pusaran ekonomi domestik berputar, dibantu agar daya beli masyarakat terjaga. Selain itu pemerintah juga bisa mengidentifikasi sektor riil yang memiliki peluang ekspor.
Sedangkan, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho mengungkapkan kebijakan gas dan rem itu memang sangat terlihat dalam situasi pandemi kemarin.
Menurut dia, keberhasilan Indonesia dalam menerapkan kebijakan tersebut juga didukung oleh banyak pihak.
Airlangga Hartarto mendapat pujian dari lembaga CSIS atas kiprahnya sebagai Menko dalam menstabilkan perekonomian Indonesia menghadapi pandemi Covid-19.
- Anis Byarwati Minta Pemerintah Waspada pada Angka Deflasi Tahunan
- Deflasi Tahunan Kembali Terjadi sejak Maret 2000, Daya Beli Masyarakat Aman?
- Memahami Secara Utuh Kebijakan Presiden Prabowo Memulihkan Perekonomian Indonesia
- Pengamat Sebut Pemulihan Ekonomi Pemerintahan Prabowo Subianto Masih Omon-Omon
- PHK Massal, Rupiah Anjlok, hingga Teror PPN 12 Persen Menghantui Perekonomian
- PPN 12 Persen Berpotensi Picu Inflasi Serius