Menko Airlangga Sebut Dampak Prakerja Masih Kecil Dibanding Kebutuhan Pelatihan Tenaga Kerja

Prakerja merupakan eksperimen yang berhasil menjawab tiga poin utama terkait kebijakan Pemerintah yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan skill masa depan angkatan kerja Indonesia.
Antara lain, skill-first policies, yaitu fokus pada keterampilan bukan gelar atau degree, mendukung cara kerja hybrid (kombinasi WFO dan WFH), dan mengembangkan keterampilan Artificial Intelligence (AI).
Menko Airlangga menceritakan bagaimana awal Kartu Prakerja yang dimulai tanpa definisi, hanya berdasar kepada penugasan dari Presiden untuk membuat program pelatihan bagi jutaan orang secara digital/daring, sehingga harus dibuat startup Kartu Prakerja dari awal.
Namun, progres Program Kartu Prakerja terkendala dengan adanya pandemi Covid-19 sehingga programnya diubah menjadi semi-bansos.
“PMO Kartu Prakerja adalah yang pertama kali bersifat digital secara servisnya. Selain itu, champion itu penting yakni orang bisa menjaga/mengawal program ini berjalan," tutur Airlangga.
Kemenko Perekonomian cukup persisten, selain Kartu Prakerja, juga mengawal pembuatan Undang-Undang Cipta Kerja.
"Jadi, yang penting adalah resiliensi sama seperti kita membangun startup," ungkap Menko Airlangga. (jpnn)
Menko Airlangga mengatakan bahwa dampak prakerja masih kecil dibanding kebutuhan pelatihan semua tenaga kerja.
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh
- Tunjuk Airlangga Jadi Negosiator Tarif AS, Prabowo Dapat Pujian
- Indonesia Terbuka soal Kritik Terhadap QRIS
- Bertemu Menkeu AS, Menko Airlangga Bahas Tarif Resiprokal hingga Aksesi OECD
- Menko Airlangga Bertemu PM Anwar Ibrahim, Bahas Strategi Menghadapi Tarif Resiprokal AS
- Prabowo Minta Struktur Komisaris BUMN Dirampingkan, Diisi Profesional
- Presiden Prabowo Panggil Menko Airlangga ke Istana, Bahas Perkembangan Ekonomi Nasional