Merah Putih Diambil dari Reruntuhan, Dicuci, Lantas Berkibar

Merah Putih Diambil dari Reruntuhan, Dicuci, Lantas Berkibar
Bendera Merah Putih berkibar di pengungsian korban gempa di Desa Kekait, Lombok Barat, Kamis (16/8). Foto: IVAN MARDIANSYAH/ LOMBOK POST/JPNN.com

Mahdi, warga Lingsar lainnya, menyebut Agustusan tahun ini sebagai hari kemerdekaan yang paling bikin waswas. Cemas bila ada gempa susulan besar terjadi. ’’Kadang-kadang tinjot (kaget) sendiri, padahal tidak ada gempa,’’ tutur Mahdi.

Kecemasan lebih besar dirasakan Syaifullah. Sudah rumah hancur, istri hamil tujuh bulan, dia juga masih menanggung utang Rp 2,5 juta ke tetangga. Utang itu dulu digunakan untuk membiayainya pulang dari tempatnya bekerja di Kalimantan.

’’Saya baru seminggu kerja, baru mengumpulkan uang Rp 200 ribu, ketika gempa terjadi,’’ kata Syaifullah di tempat pengungsian di Dusun Bunian, Desa Bengkaung, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat.

Dia bersyukur sang istri, Murtini, dan anak pertamanya, Iqbal Madani, selamat. Tapi, dia juga gelisah karena punya begitu banyak tanggungan yang harus diselesaikan.

Jadilah pada hari kemerdekaan Indonesia, Syaifullah berpikir untuk kembali ke Malaysia. Tempatnya dulu bekerja yang berbuah rumah yang kini diluluhlantakkan gempa.

’’Di sana uang lebih mudah didapatkan,’’ ungkapnya.

Di Lombok yang hancur karena gempa tiada henti itu, kemerdekaan Indonesia tak sedikit pun dilupakan. Di bawah tenda-tenda pengungsian yang apek dan kesulitan yang menggunung, para korban lindu tentu juga sangat berharap: Indonesia tak melupakan mereka. (*/JPG/c5/ttg)


Para korban gempa Lombok tetap mengibarkan bendera Merah Putih, meski rumah mereka hancur dan kehilangan pekerjaan.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News