Meri Tabuni, Orang Suku Dani Pertama yang Menjadi 'Dokter'

Resep Obat Dihafalkan, Digaji Ubi dan Sayuran

Meri Tabuni, Orang Suku Dani Pertama yang Menjadi 'Dokter'
PAHLAWAN: Meri Tabuni orang dari suku Dani pertama yang berprofesi sebagai tenaga medis ketika berkunjung di Jakarta baru-baru ini. Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos
Menjadi tenaga medis dengan tiga peran sekaligus tidak lantas membuat kehidupan Meri berkecukupan. Dia tetap "melarat". Apalagi, dia bekerja di klinik swasta milik lembaga keagamaan.

Dia tidak mendapat gaji layaknya seorang pegawai negeri. Dia hanya memperoleh "gaji" dari pemberian keluarga pasien atau masyarakat yang "mengasihani" dirinya. Itu pun tidak berbentuk uang, melainkan umbi-umbian dan sayuran.

Kendati begitu, Meri tidak memedulikan. Dia tetap bersemangat membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan kesehatannya. "Yang penting, masyarakat senang dengan pelayanan nenek. Dan cepat sehat kembali," ujar Dolly.

Memang, lantaran kliniknya jadi laris didatangi pasien, Meri sempat "dicemburui" para dukun adat. Sebab, sebelum ada Meri, setiap orang yang sakit selalu dibawa ke dukun. Termasuk orang yang hendak melahirkan.

Kehadiran Meri membuat intensitas praktik dukun di suku Dani menurun. Dia pun harus menjelaskan bahwa keberadaan dirinya tidak bermaksud "mematikan" job para dukun. Lama-kelamaan rasa cemburu itu hilang setelah para dukun tahu betapa tugas Meri berlainan dari kerja mereka.

"Nenek begitu telaten menjelaskan permasalahan ini, sehingga para dukun akhirnya bisa memahami," ungkap Dolly.

Hampir sebagian besar layanan kesehatan dilakukan Meri di rumah penduduk. Bukan di klinik milik misionaris yang kini sudah berubah menjadi puskesmas pembantu. Setiap ada warga yang sakit atau butuh pertolongan medis, Meri bergegas menuju rumah pasien dengan berjalan kaki. Kala itu belum ada kendaraan bermotor. Padahal, jalan yang ditempuh bisa sangat jauh.

Keberadaan Meri sebagai tenaga medis terlatih saat itu benar-benar menjadi semacam oasis bagi penduduk setempat. Sebab, lokasi layanan kesehatan yang terdekat kala itu terletak di Kota Wamena yang jaraknya cukup jauh dari lembah Tagime.

Suku Dani di lembah Jayawijaya, Papua, harus bangga punya pahlawan seperti Meri Tabuni. Berkat ketekunan dan keuletan dia, kesehatan masyarakat di pedalaman itu terjaga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News