Mervin Prihatin dengan Gaji ABK di Bawah UMP Papua

Mervin Prihatin dengan Gaji ABK di Bawah UMP Papua
Senator atau anggota DPD RI dari Provinsi Papua Barat Mervin Sadipun Komber. FOTO: Dok.pri for JPNN.com

jpnn.com, SORONG - Para anak buaha kapal (ABK) di Indonesia banyak yang memilih bekerja di perusahaan pelayaran asing di luar negeri. Hal ini sangat beralasan. Sebab gaji mereka sangat kurang.

Para ABK yang bekerja di dalam negeri hanya menerima 40 persen gaji bila dibandingkan ketika bekerja di kapal asing.

Hal ini disampaikan Ketua Badan Kehormatan DPD RI Mervin Sadipun Komber saat meninjau pelabuhan laut di kompleks pelabuhan Arar Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat yang dijadikan tempat berlabuh dan menurunkan penumpang bagi KMP Kalabia pada Jumat, 18 Mei 2018.

"Karena gajinya, perbandingan 40:100, 40 untuk kita (ABK yang bekerja di dalam negeri, red). Ini tantangan untuk mewujudkan kesejahteraan para pelaut kita, terutama yang bekerja di BUMN seperti PT PELNI, PT ASDP dan lainnya. Bayangkan saja, dari pengawasan saya, masih ada petugas KMP Kalabia yang gaji Rp 1,5 juta atau dibawah UMP Papua Barat,” ujar Mervin yang merupakan Ketua Alumni Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih Jayapura, Provinsi Papua ini.

Menurut Komber, selain minat para pelaut atau ABK Indonesia yang lebih memilih bekerja di kapal asing, para perusahaan pelayaran di luar negeri juga banyak yang senang memakai jasa para nakhoda lulusan Indonesia.

"Kapal asing tertarik sama pelaut Indonesia karena taat, disiplin, sudah banyak juga yang bisa bahasa Inggris. Laris manis pelaut kita, itu dampak positifnya,” kata Caleg DPR partai Nasdem ini.

Mervin berharap gaji para pelaut dapat dinaikkan sesuai risiko pekerjaannya. Komber juga akan memperjuangkan ini di kementerian BUMN.

Sebelumnya, Senator yang dijuluki Cenderawasih ini berlayar dari Kaimana ke Fakfak dengan menggunakan KM Nggapulu dan kemudian menuju Sorong dengan kapal Kalabia.(fri/jpnn)


Para ABK di Indonesia banyak yang memilih bekerja di perusahaan pelayaran asing di luar negeri. Hal ini sangat beralasan. Sebab gaji mereka sangat kurang.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News