Milad ke-109 Muhammadiyah, Ahmad Basarah Puji Gerakan Sosial dan Islam Moderat

Milad ke-109 Muhammadiyah, Ahmad Basarah Puji Gerakan Sosial dan Islam Moderat
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah. Foto: Humas MPR RI

Dia mengatakan Muhammadiyah dan PDI Perjuangan memiliki ikatan sejarah yang kuat dan panjang karena para tokohnya sama-sama menjadi pendiri bangsa sekaligus benteng NKRI.

Muhammadiyah juga tidak putus mengembangkan nilai-nilai utama dengan semangat ta'awun dan kebhinekaan.

"Muhammadiyah berdiri 1912, diikuti NU pada 1926, lalu PNI tahun 1927. Periode perjuangan itu merupakan satu tarikan nafas. Bung Karno sebagai Presiden Pertama RI sekaligus Ketua PNI merupakan santri KH Ahmad Dahlan dan pernah menjadi ketua Majelis Pengajaran Muhammadiyah Bengkulu. Saat meninggal keranda Bung Karno juga diselimuti panji-panji Muhammadiyah," beber Ahmad Basarah.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu menambahkan Muhammadiyah selalu hadir setiap negara memanggil.

Di masa awal ketika masih dibutuhkan perang fisik, Muhammadiyah di era kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo mendirikan Markas Ulama Angkatan Perang Sabil (MU-APS) pada 1948 untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari agresi militer Belanda.

“Ki Bagus Hadikusumo bersama tokoh Islam lainnya seperti Wahid Hasyim, Kasman Singodimejo, dan Teuku Mohammad Hassan juga memperlihatkan sikap kenegarawanan saat bersedia menerima usul menghilangkan tujuh kata di Piagam Jakarta demi menyelamatkan Indonesia yang baru seumur jagung dari ancaman disintegrasi bangsa,” ucap Ahmad Basarah yang juga menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Dia menegaskan komitmen Muhamadiyah menjaga Pancasila dan NKRI dikuatkan dengan Putusan Muktamar ke-47 Muhamadiyah 2015 di Makassar, Sulawesi Selatan, yang menyebutkan Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah.

Di forum itu disepakati Negara Pancasila merupakan hasil konsensus nasional (dar al-ahdi) dan tempat pembuktian atau kesaksian (dar al-syahadah) untuk menjadi negeri yang aman dan damai (dar al-salam) menuju kehidupan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan rida Allah SWT.

Sejak didirikan KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta, Muhammadiyah selalu hadir setiap negara memanggil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News