Mistis GMT: Dari Sembunyi di Kolong Ranjang, Sampai Memukul Panci

Mistis GMT: Dari Sembunyi di Kolong Ranjang, Sampai Memukul Panci
Ilustrasi. Foto: AFP

"Masih banyak cerita-cerita mistis terkait gerhana matahari waktu itu. Makanya, suara ahli astronomi untuk berpikir logis dan realistis dalam menyikapi peristiwa itu masih kalah gaungnya cerita menyeramkan," kata mantan Bupati Konawe dua periode ini, seperti dikutip dari Kendari Pos, Senin (7/3).

Ia mengaku beruntung tinggal berdekatan dengan kawasan pesantren. Pondok-pondok pesantren kala itu masih berpikir logis. Daripada berdiam diri di rumah, ia bersama keluarga diajak mengikuti salat gerhana secara berjamaah. Nanti setelah matahari bersinar normal, ia bersama santri lainnya keluar dari masjid.

Cerita mistik mengenai gerhana matahari masih cukup melekat di Kendari. Tradisi dan petuah orang tua masih dipegang teguh. Para orang tua menyarankan untuk menghentikan sejenak segala aktivitas termasuk melaut. Warga diminta memukul belanga atau bunyi-bunyian. Ritual ini mirip dengan beberapa suku di Indonesia. 

Mereka beranggapan bunyi-bunyian ini agar mengusir ular raksasa yang akan menelan matahari. Pada gerhana tahun 1983, tradisi itu masih terlihat. Namun kalau anak-anak sekarang, sudah tidak terlalu mempercayai cerita itu. Banyak yang menyambut dan penasaran dengan fenomena alam langka ini. (amal fadly senga*/c/adk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News