Muhibah Anies

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Muhibah Anies
Anies Baswedan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Menghadapi ketimpangan ekonomi dan kultural ini masyarakat konservatif Amerika mendapatkan perlindungan dalam identitas keagamaan. Orang-orang konservatif memilih Partai Republik dan orang-orang liberal memilih Partai Demokrat.

Masyarakat Amerika terbelah menjadi dua, baik ketika Donald Trump berkuasa, maupun sekarang di bawah Joe Biden.

Solusi dari menguatnya politik identitas ini, menurut Fukuyama, bukanlah meninggalkan gagasan identitas, tetapi mendefinisikan sebuah identitas nasional yang lebih besar dan lebih integratif serta memperhitungkan keragaman yang ada.

Diperlukan kebijakan yang lebih inklusif yang lebih merangkul untuk bisa mengendalikan politik identitas yang negatif. Kebijakan yang memecah belah justru memperburuk politik identitas.

Kebijakan terbaru seperti peraturan menteri pendidikan soal kekerasan seksual di kampus adalah kebijakan yang potensial memperkuat politik identitas. Kebijakan itu merupakan kebijakan khas liberal yang tidak sensitif terhadap nilai-nilai konservatif agama.

Politik identitas sering disebut juga sebagai politik aliran yang membagi masyarakat Indonesia menjadi dua varian liberal dan konservatif. Clifford Geertz membagi aliran menjadi tiga, yaitu santri, abangan, dan priyayi.

Dalam perkembangannya, priyayi dan abangan menyatu dalam aliran liberal, dan santri menjadi aliran konservatif.

Pilpres 2024 masih beberapa tahun lagi. Namun, bau persaingan antara politik aliran dan non-aliran sudah mulai menyengat. Seperti kata Fukuyama, tidak ada yang salah dengan politik identitas atau politik aliran.

Anies Baswedan mengobrol mengenai banyak hal, berdiskusi mengenai kitab kuning, sambil menikmati durian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News