Nasib Tragis Ratusan WNI yang Ditahan Malaysia
Ketika berbuka puasa tiba, makanan yang sama turut disajikan pihak PTS dengan nasi ditambah lauk yang siapa saja melihatnya akan kehilangan nafsu makan. Nasi basi terkadang terpaksa dimakan perempuan asal Bulukumba ini agar perut tetap terisi.
Cerita makan nasi basi di PTS turut dibenarkan teman Nora, Hayati, yang turut menjalani masa tahanan selama tujuh bulan di PTS Papar. Hayati yang memiliki anak tentu tak rela ketika anaknya terlihat tersiksa di tahanan.
“Saya ditahan bersama anak, karena tidak sempat lari harus pasrah saja ditangkap polis (Polisi, Red.) Malaysia,” ujar Hayati.
Makan dan tidur tidak pernah teratur. Selain makanannya yang asal-asalan disajikan, tempat tahanan tidak nyaman ditempati. Diserang penyakit gatal-gatal pun seakan sudah biasa.
Makan nasi basi dan lauk yang terkadang tidak masak sudah tidak ingin dirasakan Nora dan Hayati, sahur dan berbuka puasa dengan makanan basi cukup sekali dirasakan. Setelah ini deportan berjanji tak ingin lagi kembali ke Malaysia.
“Setelah ini lebih baik tinggal di Indonesia,” kata perempuan asal Sulawesi Selatan ini mengakhiri. (***/eza/sam/jpnn)
RATUSAN Buruh Migran Indonesia (BMI) yang mencari sesuap nasi di Malaysia, terpaksa merasakan bilik tahanan negara tetangga itu. Berbulan-bulan mereka
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor