Neraca Perdagangan Indonesia Terus-menerus Surplus 17 Bulan, Ini Penyebabnya

"Komoditas penyumbang surplus terbesar yaitu bahan bakar mineral serta kendaraan dan bagiannya," papar Margo.
Kendati demikian, perdagangan RI juga mengalami defisit dengan beberapa negara, di mana yang terbesar adalah perdagangan dengan Australia, Thailand, dan Ukraina.
Defisit dengan Australia sebesar USD 529,7 juta itu karena bahan bakar mineral; dan bijih logam, perak, dan abu.
Kemudian, defisit perdagangan dengan Thailand mencapai USD 346,8 juta yang disebabkan oleh komoditas plastik dan barang dari plastik, diikuti dengan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya.
"Perdagangan dengan Ukraina terjadi defisit sebesar USD 247,2 juta dengan komoditas utama serealia serta besi dan baja," kata dia.
Neraca perdagangan RI secara kumulatif pada periode Januari-September 2021 mengalami surplus USD 25,07 miliar.
Pada periode yang sama pada 2020 yang surplusnya tercatat USD 13,35 miliar dan bahkan pada 2019 Indonesia mengalami defisit.
"Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya," ujar Margo. (antara/jpnn)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus.
- Siap Tingkatkan Ekraf, Gempar Targetkan Sulut Jadi Pintu Gerbang Asia Pasifik
- PNM Tebar Beasiswa Bagi Anak Nasabah untuk Dorong Pengentasan Kemiskinan
- Gubernur Ahmad Luthfi Bakal Kembangkan Wilayah Aglomerasi Banyumas
- Ibas Ajak ASEAN Bersatu untuk Menghadapi Tantangan Besar Masa Depan Dunia
- Awal 2025 Bank Mandiri Tumbuh Sehat dan Berkelanjutan
- Safrizal ZA Sebut Rumah Layak Hunian Tingkatkan IPM dan Menggerakkan Ekonomi