Otto Syamsuddin Ishak, Pria yang Rela Jadi Investigator Kasus-Kasus HAM

Rela Bertahun-tahun Tak Disapa Anak-anaknya

Otto Syamsuddin Ishak, Pria yang Rela Jadi Investigator Kasus-Kasus HAM
Otto Syamsudin Ishak, investigator dan pendamping kasus kasus hak asasi manusia saat menjadi instruktur kelas investigasi Jumat (17/06) lalu. Foto : Ridlwan/Jawa Pos
Saat DOM pada zaman Orde Baru diterapkan, tercatat 8.344 korban sipil tak berdosa berjatuhan di Aceh. "Kami berusaha mendampingi mereka dan mengadvokasi hak-hak sipilnya," ungkapnya.Aktivitas Otto sampai ke dunia internasional saat diundang Sub-Komisi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa pada 1999.

Dia juga pernah diculik aktivis GAM. Dirinya dipertemukan dengan panglima GAM saat itu, Teungku Abdullah Syafei atau yang populer disebut Teungku Lah. Pertemuan tersebut berlangsung akrab dan hangat. "Beliau mengundang saya kapan saja main ke kediamannya. Kami bertukar cerita soal HAM dan hak-hak sipil," jelasnya.

Berkat kedekatannya dengan Teungku Lah itu, Bondan Gunawan, menteri sekretaris negara era Presiden Abdurrahman Wahid, meminta bantuan Otto sebagai mediator. Diantar Otto, Bondan bertemu Teungku Lah. Itulah cikal bakal jeda kemanusiaan pertama untuk konflik Aceh.

Setelah Teungku Lah wafat dalam kontak tembak, Otto pernah nyaris ditangkap TNI. Saat itu, secara kebetulan dirinya mendapat kesempatan untuk kursus tentang hak asasi manusia di Amerika Serikat. "Saya jadi saksi mata tragedi WTC karena saya sedang berada dua blok dari gedung itu saat runtuh," ungkapnya.

Selama puluhan tahun Otto Syamsuddin Ishak akrab dengan tubuh terluka, diintimidasi, diculik, bahkan hampir mati. Tapi, itu sama sekali tak menggoyahkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News