Pakailah Air Untuk Berwudu, Sebelum Berubah Jadi Api

Pakailah Air Untuk Berwudu, Sebelum Berubah Jadi Api
Anggota Komisi VIII DPR Fraksi PKB, KH Maman Imanulhaq. Foto dok JPNN

Allah berfirman, “Pada hari kiamat, ada wajah-wajah yang berseri memandang Tuhan mereka, ada pula wajah-wajah bermuram durja. Mereka menduga malapetaka akan ditimpakan pada mereka” (QS 5:22-25).

Kelak, akan termasuk golongan yang manakah kita? Setelah membasuh wajah, kita lalu membasuh tangan sampai ke siku. Bila kita perhatikan, di telapak tangan kiri kita ada guratan garis tangan membentuk angka arab 81, sementara di telapak tangan kanan ada guratan garis tangan yang membentuk angka arab 18.

Lalu, apa artinya? Jika angka 81 dan 18 kita jumlahkan, maka kita akan mendapatkan angka 99.

Bukan kebetulan, 99 merupakan jumlah Asma'ul Husnâ (nama-nama Allah yang Mulia). Seseorang yang membasuh tangan dalam wudu seharusnya bisa berlaku adil, kreatif, toleran, selalu menjaga kebersamaan, dan sifat-sifat baik lainnya. Semua itu merupakan dorongan fitrah (human nature) dan kesadaran yang bersumber dari Allah: “Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dialah pemilik nama-nama yang mulia” (QS 17:110).

Dari tangan pulalah akan lahir semangat kerja keras yang dilandasi semangat teologis. Di mana Islam mendorong manusia untuk melakukan kerja produktif dan mencari karunia Allah. Islam menghimbau manusia untuk tidak jadi pengemis dan parasit. Islam mengajak manusia untuk menguasai keahlian dan teknologi.

Filosofi Kepemimpinan Setelah membasuh tangan, kita lantas mengusap kepala. Pengusapan kepala ini erat kaitannya dengan filosofi kepemimpinan karena kepala berada di atas bagian tubuh lainnya. Kepalalah yang mengarahkan segala tindakan manusia. Usapan terhadap kepala yang dilandasi semangat tanggung jawab akan meresap ke dalam ubun-ubun kesadaran yang menyeluruh. Kesadaran ini akan meliputi segenap kekuatan, baik di luar (fisikal) maupun di dalam (batin, psikis).

Kesadaran ini juga mendayagunakan segenap kemampuan inderawi dan intelektual-maknawi bagi semua kalangan, baik masyarakat kelas atas, menengah, dan bawah. Pendek kata, kata Maman, kesadaran yang tercerahkan karena tindak 'penyucian' harus diperuntukkan bagi semua golongan manusia.

Gerak wudu yang terakhir adalah membasuh kaki. Kaki adalah simbol kemandirian, keteguhan terhadap prinsip, dan keadilan. Dengan kakilah, seseorang bisa mendapatkan kelincahan dalam berinteraksi sosial. Serta memeroleh energi dalam menyusun kekuatan untuk melawan problem kemanusiaan, dan mendapatan motivasi untuk selalu mencari 'langkah' yang terbaik bagi umat.

SEORANG ulama tersohor, Syaikh Yazîd Al-Bustamî, mengutip Khidir Sang Nabiyang tersembunyi, mengatakan, “Bila air tidak dipakai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News