Pakar Australia: Indonesia Terlambat Menutup Perbatasan

Pakar Australia: Indonesia Terlambat Menutup Perbatasan
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19 membutuhkan waktu lama (Reuters: Aly Song)

Perwakilan WHO di Indonesia Navaratnasamy Paranietharan mengatakan praktik itu tidak membantu dan malah bisa berbahaya bagi kesehatan, terutama, kulit, mata dan mulut.

Pekan ini WHO juga mengumumkan Indonesia telah menjadi anggota 'Solidarity Trial', sebuah inisiatif WHO global untuk menguji vaksin di berbagai negara.

Langkah pemerintah daerah

Pakar Australia: Indonesia Terlambat Menutup Perbatasan Photo: Kawasan Bromonilan, Purwomartani Kalasan Sleman di Yogyakarta melakukan 'lockdown' mandiri. (Twitter: @merapi_news)

 

Seperti di Australia, pemerintah daerah di Indonesia telah menerapkan langkah-langkah pencegahan yang lebih keras daripada Pemerintah pusat.

Pemerintah provinsi Bali misalnya telah menyatakan keadaan darurat di mana semua orang yang memasuki pulau itu, termasuk orang Indonesia, terpaksa melakukan karantina sendiri selama dua minggu.

Bulan lalu, Bupati Tegal di Jawa Tengah mengumumkan menutup kotanya untuk mencegah penyebaran COVID-19, termasuk dengan membangun penghalang beton di jalan-jalan.

"Saya lebih suka dibenci daripada wargaku mati," katanya.

Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengumumkan keadaan darurat pada 20 Maret, meminta semua kantor dan tempat hiburan untuk tetap tutup selama setidaknya dua minggu.

Sebuah penelitian memperingatkan tindakan drastis, hampir seperempat juta orang Indonesia bisa meninggal karena COVID-19 pada akhir April

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News