Panglima TNI Dinilai Sumber Polemik Kasus Catar Enzo

Panglima TNI Dinilai Sumber Polemik Kasus Catar Enzo
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (kiri). Foto: Dok. JPNN.com

Menanggapi hal tersebut, Mahfud MD Menteri Pertahanan tahun 2000-2001, menegaskan bahwa Panglima TNI kecolongan.

Menurut Mahfud, TNI itu lembaga yang dikenal ketat, ya dikenal ketat tahu rekam jejak, kakeknya (Enzo) siapa, kegiatannya apa, ternyata ini lolos, sampai diberi penghargaan khusus oleh Panglima, diajak wawancara khusus dengan Panglima TNI. Namun tak lama setelah nama Enzo viral (Puspen TNI), lanjut Mahfud, ternyata bermunculan informasi di media sosial yang mengaitkan Enzo sebagai calon prajurit taruna TNI memantik reaksi keras dari publik.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menyarankan sebaiknya TNI memberhentikan yang bersangkutan. Sebab Mahfud menduga Enzo sejak awal tak memenuhi prasyarat untuk menjadi bagian dari TNI.

“Kalau menurut saya, tidak memenuhi syarat dari awal itu, melanggar prasyarat kalau memang gerakannya seperti itu. Tapi terserah TNI lah mau diapain,“ ujarnya.

Senada dengan Mahfud, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha meminta Panglima TNI jangan hanya bisa memviralkan tetapi perlu melakukan investigasi yang lengkap. Dalam hal ini, kalau memang terbukti, Hadi Tjahjanto selaku Panglima TNI dan sebagai Pimpinan sidang Pantukhir harus berani menganulir keputusan yang dibuatnya.

Kecolongan

Mayjen TNI (Purn) Ari Suyono menambahkan, “Saya memberi contoh lagi, apakah penggunaan bahasa Prancis yang dilakukan dalam dialog Panglima TNI dengan catar Enzo merupakan bahasa baku dalam wawancara pada proses Pantukhir. Faktor yang relevan dalam penentuan seseorang dinyatakan dapat diterima tidaknya sebagai catar. Kan tidak ada persyaratan tentang kemampuan berbahasa Prancis. Jadi ya engggak usah mengada-ada.“

Menurut Ari Suyono, proses wawancara yang dilakukan langsung oleh Panglima TNI  merupakan tahap konfirmasi. Penggunaan bahasa Prancis dalam wawancara ini akan menghasilkan suatu personal judgement bahwa catar tersebut memiliki kemampuan berbahasa Prancis yang tinggi dan layak diterima sebagai Catar. Padahal kemampuan berbahasa Prancis bukan merupakan faktor yang relevan. Ditambah lagi yang mewancarai adalah Pimpinan Tertinggi dalam Pantukhir. Efek psikologisnya, semua anggota Pantukhir sebagai anggota Pantukhir tidak akan berani mengatakan bahwa Enzo tidak layak untuk menjadi catar. Di sinilah penilaian akan bias dan ini tidak boleh terjadi dalam kegiatan Pantukhir Catar.

Kegiatan Pantukhir adalah kegiatan yang tertutup bukan malah sengaja diekspose secara sensasional, apalagi digunakan sebagai wacana pencitraan Panglima TNI.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News