Pasar Tertua Victoria Mengalami Gejolak di Tengah Pandemi, Warga Indonesia Melihat Peluang Baru

Pasar Tertua Victoria Mengalami Gejolak di Tengah Pandemi, Warga Indonesia Melihat Peluang Baru
Bisnis cenderamata di Melbourne banyak diminati warga Indonesia baik sebagai penjual maupun sebagai pembeli. (Foto: Supplied)

Menurut Stan Liacos, CEO dari Queen Victoria Market, kunjungan pasar telah menurun pesat, terutama sejak aturan radius 5km berlaku awal Agustus lalu.

Dampak signifikan ini juga dirasakan melihat kebijakan Pemerintah pusat maupun negara bagian untuk menutup perbatasan antar negara.

"Pada kondisi normal, 30 persen dari kunjungan pasar adalah dari turis domestik dan internasional," katanya kepada ABC Indonesia.

Namun, beberapa bantuan telah ditawarkan kepada pedagang, melalui 'Trader Support Package' yang "meliputi peringanan besar biaya sewa dan dukungan lainnya".

Pasar Tertua Victoria Mengalami Gejolak di Tengah Pandemi, Warga Indonesia Melihat Peluang Baru Photo: CEO Queen Victoria Market Stan Liacos mengatakan 30 persen pengunjung pasar di situasi normal adalah turis domestik dan internasional. (Facebook: ABC Central Victoria)

 

Melalui bantuan tersebut, sejak April hingga Oktober, pedagang yang termasuk dari bidang perhotelan dan 'non-essential' lainnya mendapatkan keringanan biaya sewa hingga 100 persen.

"Fokus utama manajemen QVM dalam krisis ini adalah untuk menjaga agar pasar tetap buka," kata Stan.

"[Juga] mengikuti aturan kesehatan dan keamanan pemerintah dan mendukung pedagang sehingga bisnis mereka bertahan dan tetap ada di pasar."

Pembatasan di tengah pandemi telah menghambat aktivitas dagang di pasar tertua Victoria di Melbourne

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News