Paten Penelitian Siswa SMP Gratis

Untuk Tambah Gairah Peneliti Muda

Paten Penelitian Siswa SMP Gratis
Paten Penelitian Siswa SMP Gratis

JAKARTA - Regenerasi peneliti di Indonesia belum berjalan mulus. Negeri ini terancam defisit peneliti, karena peneliti yang pensiun tidak ada penggantinya.
          
Kemendikbud menyadari kondisi terbeuat, berupaya genjot gairah peneliti muda sejak di SMP. Diantaranya dengan membayari ongkos paten penelitian siswa SMP terbaik.
      
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, salah satu program peningkatan gairah penelitian adalah memfasilitasi paten di Ditjen Haki Kemenkum HAM. Bentuk fasilitas yang disiapkan Kemendikbud mencakup pendaftaran administrasi hingga urusan pendaan mendapatkan hak paten.

"Dengan program ini, siswa SMP memiliki semangat bahwa penelitiannya tidak berakhir di laci laboratorium," ujar Hamid usai membuka Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) SMP tingkat Nasional kemarin.
 
Hamid menuturkan tidak semua karya peserta LPIR akan dibantu pengurusan patennya oleh Kemendikbud. Tetapi mereka harus melakukan seleksi, sehingga karya yang dipatenkan benar-benar memenuhi persyaratan.

Total karya yang masuk babak final LPIR SMP tingkat Nasional berjumlah 113 karya. Perinciannya karya bidang IPA ada 45 penelitian dan bidang IPS serta teknologi/rekayasa masing-masing 34 karya.
 
Mantan Dirjen Pendidikan Menengah itu mengatakan, minimal ada tiga syarat karya anak-anak SMP layak difasilitasi mendapatkan hak paten. Yakni syarat originalitas atau keaslian, keunikan, dan berdaya guna.

"Tim dari Kemendikbud nanti akan dibantu tim dari Ditjen Haki Kemenkum HAM, untuk memilih mana yang layak dibantu pengurusan patennya," jelasnya.
 
Hamid menuturkan, bantuan pengurusan paten ini juga untuk melindungi atau proteksi karya putra-putri Indonesia. Upaya ini untuk mengantisipasi ada penjiplakan dari pihak lain atas hasil penelitian yang dilombakan dalam LPIR SMP tingkat nasional ini.
 
Cara lain yang dipakai Kemendikbud untuk merangsang semangat meneliti sejak dini adalah pembentukan kelompok kerja (pokja) ilmiah di setiap sekolah. Melalui pokja-pokja ini, para siswa bisa mencurahkan gagasan atau ide-ide penelitian.

Dia menuturkan selama ini karya penelitian yang masuk ke tingkat nasional tetap didominasi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jogjakarta.
 
"Selain dari daerah itu-itu saja, penelitiannya juga dari sekolah-sekolah itu saja," jelas Hamid. Dia berharap semangat meneliti dari siswa SMP bisa menyepar hingga ke seluruh penjuru Indonesia.
 
Cara berikutnya untuk membudayakan serta membuat penelitian lebih fresh adalah pendirian techno park di setiap kabupaten dan kota.

Hamid mengaku senang melihat techno park di Jogjakarta yang mampu menarik minat masyarakat menikmati hasil penelitian. "Saya berharap muncul techno park di daerah-daerah lainnya," kata dia. (wan/kim)


JAKARTA - Regenerasi peneliti di Indonesia belum berjalan mulus. Negeri ini terancam defisit peneliti, karena peneliti yang pensiun tidak ada penggantinya.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News