Pejudo Senior Buru Emas Ketiga

Pejudo Senior Buru Emas Ketiga
Ryoko Tani saat tiba di Beijing. Foto: AFP
TAK sedikit atlet senior wanita yang berjuang di Olimpiade Beijing berstatus sebagai seorang ibu. Namun, kiprah Ryoko Tani di atas matras bisa dibilang lebih menarik dibanding atlet veteran wanita lain. Apa istimewanya?

Kemampuan fisik bagi atlet wanita di atas 30 tahun jamaknya mengalami penurunan. Apalagi bila atlet yang bersangkutan tampil di olahraga yang membutuhkan daya tahan tinggi. Sebagai atlet bela diri judo, Ryoko Tani bisa dibilang lain dari yang lain. Ibu satu anak yang akan genap 33 tahun pada 6 September nanti masih menjadi andalan Jepang di Olimpiade Beijing untuk mendulang medali di kelas 48 kg.

Tani punya bekal meretas mimpi merengkuh medali kelimanya di Olimpiade yang berbeda. Apalagi statusnya kini sebagai pejudo kelas teringan kelompok wanita yang paling ditakuti. Juara dunia tujuh kali itu merupakan pemegang emas Olimpiade 2000 Sydney dan Olimpiade 2004 Athena. Sedangkan pada dua penyelenggaraan Olimpiade sebelumnya (1992 Barcelona dan 1996 Atlanta) dia harus puas kebagian perak.

Rekor sebagai pejudo wanita pertama yang mempertahankan gelar sudah diraihnya empat tahun lalu. Tapi, sukses tersebut belum membuat ibu dari Yoshiaki yang berusia sekitar dua tahun itu merasa puas. ’’Saya berusaha menjawab keinginan masyarakat Jepang dengan dengan rekor emas ketiga secara beruntun. Karena judo merupakan olahraga yang berasal dari sini,’’ ujar Tani seperti dirilis Reuters (6/8).

Tentu bukan perkara mudah mewujudkan ekpektasi publik Negeri Sakura. Karena lawan pertama yang akan dihadapi Tani pada Sabtu (9/8) adalah Frederique Jossinet. Andalan Prancis itu merupakan lawan yang dikalahkannya di final Olimpiade Athena empat tahun silam. Setelah melahirkan sang putra pada 2005 lalu, pemilik tinggi badan 146 cm itu sempat rehat meninggalkan dojo sekitar dua tahun.

Hebatnya, beberapa bulan pasca comeback dengan status baru sebagai ibu, Tani menorehkan gelar ketujuhnya di kejuaraan dunia Brazil pada akhir September lalu. ’’Dalam empat tahun terakhir banyak pengalaman yang saya dapat dari luar judo. Hal itulah yang memperluas potensiku,’’ ungkap Tani.

Memang, di negaranya, istri pemain baseball Yoshitomo Tani itu ibarat seorang selebriti. Saking populernya, profil dia sempat ditulis dalam sebuah komik. Memakai nama Yawara-chan, Tani digambarkan sebagai seorang judoka muda yang bertarung memerangi peredaran heroin.

Selain itu, karakter maupun wajah Tani sampai diaplikasikan dalam seri video game pertarungan oleh salah satu produsen video game ternama.  Puncaknya ketika kelahiran sang putra disambut gegap gempita ketika sebuah media besar membuat laporan pandangan mata secara khusus menjelang kedatangannya di rumah sakit. (sep)

TAK sedikit atlet senior wanita yang berjuang di Olimpiade Beijing berstatus sebagai seorang ibu. Namun, kiprah Ryoko Tani di atas matras bisa dibilang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News