Pemalsuan Seni Indonesia Dibahas di Melbourne

Jenis pemalsuan yang sering menipu kolektor bukanlah yang menggunakan cara penjiplakan sebuah lukisan asli, jelasnya, melainkan dengan cara membuat lukisan baru namun menggunakan gaya melukis yang sering dipakai seorang maestro, lalu lukisan baru itu dijual sebagai karya asli sangmaestro.
Lesley Alway, direktur lembaga Asialink Arts, yang bernaung di bawah University of Melbourne, menyatakan bahwa masalah pemalsuan karya pun masih muncul di Australia, terutama dalam bidang seni khas bumiputera.
“Saya rasa [pembahasan ini] sudah pernah kita dengar sebelumnya di Australia, dengan adanya booming seni bumiputera aborigin,” ucapnya.
Ketimpangan dan Keberlanjutan
Selain masalah seputar pemalsuan karya, berbagai masalah lain seputar dunia seni di Asia dan Australia dibahas dalam simposium tersebut.
Kelly Gellatly, direktur Museum Ian Potter di Melbourne, mempertanyakan apakah seniman dari negara-negara dengan penghasilan rendah seperti Indonesia mendapat perlakuan beda saat diundang ke Australia dibanding seniman dari negara maju.
Ia juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa kegemaran akan seni dari negara-negara Asia bisa jadi semacam demam atau tren yang akan berlalu.
Kurangnya pengetahuan tentang sejarah seni adalah salah satu sebab mengapa karya seni palsu, yang mengatasnamakan nama maestro Indonesia, banyak
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas