Penderita Hemofilia Mengharapkan Akses Obat Diperluas

"Kalau saya bangunkan subuh dan aman, dia bisa sekolah. Itu saya rasanya bahagia banget. Bahagia seperti dunia itu milik saya. Saya tidak muluk-muluk, cuma mau melihat dia bangun sehat saja saya sudah senang sekali," ungkap Anisah sesenggukan.
Bagi Anisah, Aryo memerlukan obat profilaksis baru selain FVIII sesuai rekomendasi dari dokter yang menangani. Ia bercerita sempat menggunakan obat tersebut dari asuransi kantor suaminya, tetapi sudah tidak dapat ditanggung lagi.
Proses penyuntikan obat tersebut dirasa lebih nyaman bagi Aryo karena bisa disuntikkan di mana saja dan tidak perlu melalui cara infus di rumah sakit. Misalnya, disuntik di perut dan di lengan maka sudah observasi 1 jam setelah itu pulang bisa beraktivitas.
Obat tersebut mampu memberikan hasil yang lebih ampuh, hingga membuat Aryo bisa berolahraga, seperti main bulu tangkis dan berenang. Kemudian saat aryo tidak sengaja terjatuh, darah yang mengucur pada luka dapat berhenti seperti anak normal lainnya.
Dia berdoa berharap agar semua anak-anak hemofilia diberikan jalan kesembuhan. Pemerintah dan BPJS tergerak hatinya dalam memudahkan proses penggunaan obat-obatan terapi hemofilia yang baru.
"Saya mohon agar obat baru ini bisa ditanggung oleh BPJS, agar bisa digunakan oleh semua anak-anak hemofilia seluruh Indonesia. Melalui obat itu, itu anak saya sempat merasakan kesehatan yang optimal dalam beraktivitas," harapnya. (dil/jpnn)
Penderita hemofilia sebenarnya sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui BPJS Kesehatan, tetapi belum mencukupi kebutuhan mereka
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif
- PTM Capai 73%, Workshop FIA & GAPMMI Bedah Strategi untuk Hadapi Tantangan Kesehatan
- 7 Menu Sarapan yang Baik untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
- Kawal PHTC Bidang Kesehatan, Wakil KSP Tinjau Layanan CKG di Kabupaten Lahat
- Center Of Excellence jadi Layanan Terbaru di Ciputra Hospital Citraraya
- Tangkal Hoaks soal Kesehatan Reproduksi Perempuan, Bayer Indonesia Rilis Platform Baru
- Indonesia Luncurkan Indonesian Society of Regenerative Medicine