Pengamat Sebut Pernyataan Perwakilan Bank Dunia soal Politik RI Menyalahi Tupoksi

Pengamat Sebut Pernyataan Perwakilan Bank Dunia soal Politik RI Menyalahi Tupoksi
Dosen Komunikasi Universitas Binus Putro Mas Gunawan. Foto: dok pribadi for JPNN

Dalam artikelnya, Hickel memaparkan paradoks dari institusi bank dunia.

Putro mengatakan institusi yang justru menjadi hegemoni negara barat macam Amerika dan Eropa.

Putro menyontohkan Amerika memiliki veto atas setiap keputusan krusial bank dunia.

Sebaliknya negara Eropa memiliki porsi setengah dari suara di bank dunia. Sebaliknya mayoritas negara berkembang yang mewakili 85 persen populasi dunia hanya memiliki suara minoritas.

"Jelas fakta ini merupakan sebuah lelucon bagi dunia yang katanya makin inklusif. Meski bank dunia kerap menunjuk pejabatnya dari negara dunia ketiga, macam Sri Mulyani dari Indonesia, hal itu tak sekadar kamuflase atau proxy atas kepentingan belaka. Sebab, secara prinsip Bank Dunia dibangun atas fondasi yang makin melahirkan ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi di dunia," katanya

Walhasil, lanjut Putro, suara dari Bank Dunia tidak selamanya mencerminkan kepentingan bersama.

Ucapan Bank Dunia lebih sering menjadi representasi kepentingan barat, utamanya Amerika dan Eropa.

Prinsip itu yang menurut Putro bisa jadi dilekatkan pada konteks ucapan Satu Kahkonen soal program makan siang dan susu gratis.

Ucapan perwakilan Bank Dunia soal program Prabowo-Gibran, yaitu makan siang gratis bentuk cewe-cawe politik Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News