Penjara Imigrasi Pulau Manus Larang Makanan Merek Freedom

Pusat detensi imigrasi di Pulau Manus, Papua Nugini, melarang pasokan makanan dengan merek "freedom" karena dinilai tidak sesuai dengan kondisi yang sedang dialami 1.035 orang pencari suaka ke Australia tersebut.
Penjara yang merupakan pusat detensi imigrasi ini dikelola oleh pihak ketiga, Transfield Services, yang mendapatkan kontrak pengelolaan dari Pemerintah Australia.
Menurut informasi yang diperoleh ABC, pengiriman makanan jadi senilai 30 ribu dolar (sekitar Rp 300 juta) itu telah tiba di pulau milik Papua Nugini tersebut dua pekan lalu.
Kontraktor pemasok makanan itu mengaku secara khusus mendapat permintaan untuk mendatangkan makanan jadi merek Freedom, yang diproduksi perusahaan makanan Freedom Food di Sydney.
Namun, pihak pengelola penjara, Transfield Services, menolak menerima makanan tersebut.
Konon penolakan ini terjadi setelah pihak Departemen Imigrasi Australia turun tangan.
Pernyataan Departemen Imigrasi membantah turut campur dalam urusan ini, dan menunjukkan hal itu sebagai urusan pihak pengelola dan pemerintah Papua Nugini.
Namun sumber ABC menyatakan larangan ini diambil dengan pertimbangan, kata "freedom" yang artinya kebebasan sangat tidak sensitif dengan kondisi yang sedang dijalani para tahanan imigrasi tersebut.
Pusat detensi imigrasi di Pulau Manus, Papua Nugini, melarang pasokan makanan dengan merek "freedom" karena dinilai tidak sesuai dengan
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina