Penjual Sayur Pencetak Rekor Dunia Renang

Setiap Tengah Malam Tetap Berjualan di Atas Bak Pikap

Penjual Sayur Pencetak Rekor Dunia Renang
Mulyanan, Penjual Sayur Pencetak Rekor Dunia Renang. Foto (Narendra Prasetya/Jawa Pos/JPNN.com

Bisnis sayur-mayur itu dilakukan Mulyana sejak enam tahun silam. Semua berawal dari usaha kecil-kecilan di rumah. Modalnya kala itu berasal dari bonus setelah dia menang dalam kejuaraan daerah. Usaha jualan sayuran Mulyana semakin besar setelah dia meraih medali emas ASEAN Paragames 2011. Dia mendapat bonus yang lumayan besar, yakni Rp 180 juta.

’’Bonus itu langsung saya belikan sawah dan kebun untuk memperbesar usaha. Alhamdulillah, membawa berkah sampai sekarang,’’ tuturnya.

Sawah dan kebun sayurnya terus bertambah seiring seringnya Mulyana memenangi kejuaraan renang, baik tingkat nasional maupun internasional. Sebab, bonus yang diterima selalu diinvestasikan untuk membeli lahan serta biaya perawatannya. Hingga kini, dia sudah memiliki kebun di tiga lokasi yang letaknya terpencar, meski masih di kampung halamannya.

Lahan sawah dan kebunnya mungkin segera bertambah, mengingat dia baru menjadi salah satu bintang Indonesia dalam Asian Paragames 2014 di Korsel, Oktober lalu. Dalam event yang diikuti para penyandang cacat dari berbagai negara di Asia itu, Mulyana sukses meraih 2 emas dan 1 perak untuk nomor-nomor renang yang diikuti. Bahkan, salah satunya, dalam nomor 50 meter gaya kupu-kupu kelompok S4, Mulyana mencatatkan diri sebagai pemecah rekor dunia. Karena itu, dia berhak mendapat bonus Rp 490 juta dari Kemenpora.

’’Tapi, bonus itu belum cair sampai sekarang. Masih diproses. Kalau cair, nanti pasti saya gunakan untuk menambah modal berdagang sayuran lagi. Akan saya manfaatkan sebaik-baiknya,’’ tegasnya.

Meski memiliki beberapa karyawan, Mulyana tetap ikut turun langsung berjualan. Dengan menggunakan mobil bak terbuka, dia ditemani Usep Nurdin, kakak iparnya, dan seorang pekerjanya menunggu tengkulak yang datang untuk kulakan sayur-mayurnya. Pekerjaan itu dilakukan setiap hari mulai tengah malam hingga menjelang subuh. Dia baru ’’absen’’ dari lapak bila harus bersiap menghadapi kejuaraan. Sebab, dia mesti lebih intensif berlatih di kolam renang.

Dengan kondisi fisik seperti itu, berkali-kali cibiran mampir ke telinga pria 29 tahun tersebut. Rata-rata menganggap Mulyana tidak layak bekerja seperti itu. ’’Tapi, saya anggap semua itu seperti radio saja, lewat begitu saja. Malah saya jadikan cambuk untuk membuktikan bahwa saya lebih bisa dibanding orang yang mencibir itu,’’ ungkapnya.

Dari usaha berdagang sayuran tersebut, Mulyana mampu hidup mandiri, bahkan menghidupi orang lain. Dia juga masih harus membayar cicilan mobil pikap yang biasa dipakai untuk mengirim sayuran ke Cibitung dan membeli kebutuhan kebunnya. ’’Semua dari bisnis sayuran ini. Saya tidak pernah meminta kepada pemerintah.’’

Menyiapkan hari tua bisa dilakukan dengan berbagai cara. Sebagai seorang atlet berkebutuhan khusus, Mulyana sudah melakukannya. Pencetak rekor dunia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News