Penyandang Disabilitas di Indonesia Mengalami Kesulitan Tambahan Saat Pandemi

"Difabel menjadi masyarakat yang paling rentan di masa pandemi ini, sehingga membutuhkan kebijakan dan penanganan yang inklusif sesuai dengan ragam disabilitasnya," katanya dalam webinar pemaparan hasil survei Juni lalu.
'Tidak bisa kalau tidak ada koneksi'

Ita paham sekali seberapa susahnya mencari pekerjaan sebagai seorang penyandang disabillitas.
Ketika baru mulai bekerja untuk orang lain, ia mengatakan sempat "mengalami perlakuan tidak manusiawi" hingga harus membuka usaha sendiri.
Ita yang adalah penerima beasiswa Australia Awards tidak dapat membayangkan rasanya harus melamar pekerjaan di tengah pandemi.
"Tidak bisa [cari kerja], jujur, kalau tidak ada 'link' [koneksi]," ujar Ita yang terkena polio di usia satu tahun dan sempat lumpuh dari leher.
"Saya bayangkan, ke mana saya mau lamar [pekerjaan]? Walaupun saya lulusan Australia, lulusan Australia banyak. Tapi mereka bisa jalan, saya tidak."
Ia menambahkan, akses disabilitas perkotaan secara umum juga belum memadai bagi penyandang disabilitas, khususnya yang harus bermobilitas dengan kursi roda.
Sebagai seorang penyandang disabilitas, Ita Alimenia menyadari kepulangannya ke Indonesia setelah dua setengah tahun belajar di Australia butuh banyak persiapan
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia