Peran Bioinformatika dalam Pencarian Vaksin COVID-19
Menurut Arli, virus ini memiliki beberapa klaster, yang dimungkinkan berkembang menjadi beberapa subtype. Fenomena ini juga terjadi pada virus lain, seperti HIV, Flu, dan Dengue/DENV.
Konsekuensinya, desain vaksin ke depannya sangat mungkin harus membuat tulang punggung atau backbone yang dapat meng-cover semua klaster, yang bukannya tak mungkin akan berkembang menjadi subtype sendiri.
“Tantangan terbesar semua ini adalah materi genetic SARS-CoV-2 yang berupa RNA, sehingga sangat mudah bermutasi. Ini yang menyebabkan pengembangan vaksin sangat menantang, walaupun jika menggunakan ilmu bioinformatika dan instrument biomedis molekuler termutakhir, kemungkinan berhasil selalu ada,” pungkasnya.(mg7/jpnn)
Penyebab penyakit COVID-19 dapaat dianalisis oleh ilmu bioinformatika dalam pencarian vaksin virus tersebut.
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh
- Sudah 50 Tahun di Indonesia, ChildFund Dorong Partisipasi Lebih Banyak Pihak
- Jaga Hati
- Zeni
- DPR Bangga dengan Kinerja Erick Thohir yang Tangani Covid-19 hingga Bongkar Korupsi Dapen
- Kadinkes Sumut Ditahan Jaksa terkait Korupsi APD Rp 24 Miliar
- Akademisi UI Terbitkan Buku Evaluasi Efektivitas PPKM dalam Penanganan Pandemi Covid-19