Perang dengan Filipina, Puluhan Militan Maute Tewas, Termasuk dari Indonesia

Perang dengan Filipina, Puluhan Militan Maute Tewas, Termasuk dari Indonesia
Pasukan Filipina bergerak masuk ke Marawi, di tengah kemacetan kendaraan penduduk yang melarikan diri dari kota yang terletak di Kepulauan Mindanao tersebut, Kamis (25/5). Foto: AFP

jpnn.com, MINDANAO - Angkatan Bersenjata Filipina Komando Mindanao Barat alias Westmincom belum berhenti memerangi kelompok militan Maute di Kota Marawi, Provinsi Lanao del Sur, Kepulauan Mindanao, Filipina. Sementara dari Manila, Presiden Rodrigo Duterte kembali menawarkan perundingan damai.

”Bentrokan sejak Selasa (23/5) telah menewaskan 31 militan Maute. Sebanyak 13 orang di antaranya tewas dalam baku tembak selama dua jam Kamis pagi (25/5),” ungkap Brigjen Rolly Bautista, kepala Joint Task Force ZamPeLan, Jumat (26/5) kemarin.

Selain melumpuhkan militan dan merebut kembali dua jembatan penghubung antara Bangulo dan Marawi, militer menyita enam senapan dari tangan Maute.

Solicitor General (setingkat wakil jaksa agung) Jose Calida mengatakan, jenazah para militan mulai diidentifikasi. Ternyata, enam di antaranya militan asing. ”Ada militan dari Malaysia, Indonesia, Singapura, dan negara lain yang bergabung dengan militan di kota ini,” katanya dalam jumpa pers di Kota Davao, ibu kota Provinsi Davao del Sur, 257 kilometer dari Marawi.

”Yang terjadi di Mindanao bukan lagi pemberontakan warga Filipina. Sudah ada invasi militan asing,” imbuh Calida. Fakta bahwa militan asing ikut bertempur melawan pasukan pemerintah di Marawi itu membuat Filipina geram. Sebab, Mindanao yang selama ini bergolak telah menjadi daya tarik bagi militan asing. Khususnya mereka yang kadung memuja ISIS.

Keberadaan militan asing di Marawi itu menjadi sinyal bahaya bagi Filipina. Calida menduga, ISIS yang menjadi panutan Maute dan Abu Sayyaf Group (ASG) sedang berusaha menjadikan Mindanao sebagai sarang mereka di Asia. ”Simpatisan ISIS yang tidak bisa ke Syria atau Irak sepertinya diimbau untuk datang ke Mindanao dan berjihad di sana,” katanya.

Selain korban dari kelompok militan dan personel keamanan, operasi antiteror yang didukung beberapa helikopter tempur dan tank itu juga makan korban sipil. Sedikitnya dua warga sipil kehilangan nyawa. ”Pesan utama saya kepada seluruh teroris yang ada di Filipina, masih bisa duduk bersama dan menyelesaikannya lewat dialog,” tegas Duterte.

Sebagai mantan wali kota Davao, presiden berstatus duda itu mengaku sudah hafal dengan karakter para penjahat dan teroris. Mereka, menurut dia, harus ditegasi. Karena itu, meskipun banyak protes, termasuk dari Fidel Ramos, dia tetap memberlakukan darurat militer. (afp/reuters/cnn/hep/c11/any/jpnn)

Angkatan Bersenjata Filipina Komando Mindanao Barat alias Westmincom belum berhenti memerangi kelompok militan Maute di Kota Marawi, Provinsi Lanao

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News