Perdebatan Hangat Malah saat Menyensor Film Religi

Perdebatan Hangat Malah saat Menyensor Film Religi
SENIOR: Sudiono, operator di LSF, sehari-harinya menyiapkan film-film baru yang dimohonkan untuk dilakukan penyensoran. Foto: Dody Bayu Prasetyo/Jawa Pos

Kendati demikian, itu sudah lumrah. Menurut dia, yang patut diancungi jempol adalah anggota tenaga sensor yang berbeda pandangan dengan anggota lainnya tetap menghormati materi film yang menceritakan kelompok tertentu.

Misalnya, penyensoran film Sang Pencerah yang menceritakan sosok KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Pihak NU turut diundang untuk menilai film tersebut. ”Mereka menghormati juga,” kata dia.

Tidak hanya menyensor film, LSF ternyata juga bertugas menyensor iklan yang tayang di televisi. Sudiono mengatakan bahwa pihak LSF sering menolak atau meminta pembuat iklan untuk memperbaikinya. Sebab, isinya tidak masuk akal dengan produknya.

”Banyak sekali iklan yang isinya tidak masuk akal, seperti ada iklan produk makanan. Masak ada ayam di atas rambut orang, itu kan tidak masuk akal. Yang seperti itu kami tolak,” tegasnya.

LSF juga bakal menolak iklan yang isinya dinilai tidak mendidik dan menunjukkan perbuatan tercela. ”Ada iklan produk minuman. Di situ ditayangin anak nyolong mangga dari pohon pakai ketapel. Terus karena si anak kelelahan, sama ibunya dihadiahi minuman sirup, itu kan sudah nggak bener,” tandasnya.

Karena itu, pihak LSF tiap tahun mengundang dan mengajak berbagai pihak agar membuat iklan yang masuk akal dan mendidik. ”Bikin iklan itu yang masuk akal saja, jangan sampai menipu pembeli juga,” kata Sudiono. (*/c10/end)

 


MESKI hanya muncul beberapa detik di layar, tulisan Telah Lulus Sensor adalah tiket untuk sebuah film baik sekelas Hollywood maupun FTV agar bisa


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News