Perjuangan Guru Honorer Ikut Tes PPPK, Serabutan Demi Sepatu Loak

Perjuangan Guru Honorer Ikut Tes PPPK, Serabutan Demi Sepatu Loak
Ketua GTT/PTT Kabupaten Kebumen Musbihin (kiri). Foto dokumentasi pribadi for JPNN.com

Namanya loak, harganya pasti miring. Walaupun harga miring, guru pendidikan agama Islam (PAI) ini harus kerja serabutan.

"Kalau diceritakan sedih rasanya, sore hari harus mencari tambahan rezeki untuk uang jajan anak. Sedih dan pilu rasanya jika anak lanang minta uang jajan, tetapi belum ada uang. Harus pandai-pandai menyisihkan seribu dua ribu kalau anak lanang minta uang jajan," tutur Musbihin kepada JPNN.com, Rabu (15/9).

Meski begitu Musbihin tetap bersyukur dan meminta kepada Allah mencukupkan rezeki terutama kesehatan. Dia pun tidak malu kerja serabutan mencari tambahan biaya demi kehidupan yang layak.

Musbihin juga selalu sabar ketika hasil tes PPPK guru 2021 pada 13 September hasilnya tidak sesuai harapan. Dia tidak lulus passing grade karena untuk PAI harus mencapai 325 untuk komptetensi teknis.

"Hanya bisa sabar, usaha sudah maksimal. Semoga ada jalan bagi saya dan kawan-kawan yang tidak lulus passing grade untuk menjadi PPPK," ucapnya.

Ketum DPP Forum Honorer Nonkategeri Dua Persatuan Guru Honorer Republik Indonesia (FHNK2 PGHRI) Raden Sutopo Yuwono juga harus berjuang untuk memenuhi persyaratan ikut tes PPPK guru 2021.

Guru honorer di Kabupaten Purworejo itu tidak memiliki dana cukup bila harus beli sepatu, celana dan kemeja baru.

Dia memutuskan memakai sepatu seadanya, celana hitam yang mulai pudar. Hanya kemeja putih yang bisa dibelinya untuk tes pada 16 September karena pakaian yang ada sudah berubah warna. Banyak bercak noda dan sobekan kecil.

Guru honorer harus berjuang keras menghadapi tes PPPK guru 2021 termasuk menyediakan seragam dan sepatu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News